23 Mar 2011

Kajian Ilmiah dan Bedah Buku 6 Pilar Utama Dakwah Salafiyyah di masjidAl Jihad Karawang Jawa Barat

info

بسم الله الرحمن الرحیم

Hadirilah...!!!

Kajian Ilmiah & Bedah Buku
6 PILAR UTAMA DAKWAH SALAFIYYAH
karya:
Syaikh 'Abdul Malik bin Ahmad Ramadhani

Pembicara:
Ustadz Abdullah Taslim, LC, MA

انشاء الله
Hari/Tanggal:
Ahad, 22 Rabi'ul Awwal 1432H
27 Maret 2011M
Waktu:
jam 09.00 wib s/d selesai
Tempat:
Masjid Al-Jihad
Jl. Ahmad Yani, By Pass, Karawang
depan Lap. Karang Pawitan

Penyelenggara:
Tim Kajian Ilmiah Karyawan Muslim Karawang (TKI-KMK)

Informasi dan Buku
Abu Rifky 0821 1383 7634

GRATIS
UNTUK UMUM
IKHWAN & AKHWAT

Peta Lokasi:
http://tinyurl.com/masjid-al-jihad

done

20 Mar 2011

Aqidah Ahlussunnah Terhadap Al Arsy

Mengenal hal-hal yang ghoib dan mengimaninya merupakan salah satu sifat kaum muttaqin sebagaimana firman Allah Ta’ala:

ذَلِكَ الْكِتَابُ لاَ رَيْبَ فِيهِ هُدَى لِلْمُتَّقِينَ الَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِالْغَيْبِ وَيُقِيمُونَ الصَّلاَةَ وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنْفِقُونَ

Artinya: “Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan di dalamnya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa, (yaitu) mereka yang beriman kepada yang gaib, yang mendirikan salat, dan menafkahkan sebagian rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka” [QS. Al Baqarah: 2-3]

Diantara hal-hal yang penting adalah mengenal makhluk-makhluk Allah yang ghaib yang tidak tampak oleh pancaindra kita, namun diberitakan oleh Allah melalui Al Quran dan As Sunnah tentang keberadaannya. Dan karena Allah Ta’ala telah mengabarkannya, maka kita dituntut untuk mengetahui dan mengimaninya agar dapat dikatakan telah beriman kepada perkara ghaib.

Diantara mereka adalah Arsy, tempat bersemayamnya Allah Ta’ala sebagaimana disebutkan di 19 surat dalam Al Qur’an, di antaranya firman Allah Ta’ala:

إِنَّ رَبَّكُمُ اللهُ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَاْلأَرْضَ فِي سِتَّةِ أَيَّامٍ ثُمَّ اسْتَوَى عَلَى الْعَرْشِ يُغْشِى الَّيْلَ النَّهَارَ يَطْلُبُهُ حَثِيثًا وَالشَّمْسَ وَالْقَمَرَ وَالنُّجُومَ مُسَخَّرَاتٍ بِأَمْرِهِ أَلاَلَهُ الْخَلْقُ وَاْلأَمْرُ تَبَارَكَ اللهُ رَبُّ الْعَالَمِينَ

Artinya: “Sesungguhnya Rabb kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, lalu Dia bersemayam di atas ‘Arsy. Dia menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat, dan (diciptakan-Nya pula) matahari, bulan dan bintang-bintang (masing-masing) tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah, menciptakan dan memerintahkan hanyalah hak Allah. Maha suci Allah, Rabb semesta alam“. [QS. Al A'raf: 54]

وَهُوَ رَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِيمِ

Artinya: “Dia adalah Rabb yang memiliki ‘Arsy yang agung“. [QS. At Taubah: 129]

إِنَّ رَبَّكُمُ اللهُ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَاْلأَرْضَ فِي سِتَّةِ أَيَّامٍ ثُمَّ اسْتَوَى عَلَى الْعَرْشِ يُدَبِّرُ اْلأَمْرَ مَامِن شَفِيعٍ إِلاَّ مِن بَعْدِ إِذْنِهِ ذَلِكُمُ اللهُ رَبُّكُمْ فَاعْبُدُوهُ أَفَلاَ تَذَكَّرُونَ

Artinya: “Sesungguhnya Rabb kamu ialah Allah Yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas ‘Arsy (singgasana) untuk mengatur segala urusan. Tiada seorangpun yang akan memberi syafa’at kecuali sesudah ada keizinan-Nya. Yang demikian itulah Allah, Rabb kamu, maka sembahlah Dia. Maka apakah kamu tidak mengambil pelajaran“. [QS. Hud: 3]

وَهُوَ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَاْلأَرْضَ فِي سِتَّةِ أَيَّامٍ وَكَانَ عَرْشُهُ عَلَى الْمَآءِ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلاً وَلَئِن قُلْتَ إِنَّكُم مَّبْعُوثُونَ مِن بَعْدِ الْمَوْتِ لَيَقُولُنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا إِنْ هَذَآلَسِحْرٌ مُّبِينٌ

Artinya: “Dan Dialah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa dan adalah ‘Arsy-Nya di atas air, agar Dia menguji siapakah di antara kamu yang lebih baik amalnya, dan jika kamu berkata (kepada penduduk Mekah):”Sesungguhnya kamu akan dibangkitkan sesudah mati”, niscaya orang-orang yang kafir itu akan berkata:”Ini tidak lain hanyalah sihir yang nyata” “. [QS. Yunus 11:7]

الَّذِي رَفَعَ السَّمَاوَاتِ بِغَيْرِ عَمَدٍ تَرَوْنَهَا ثُمَّ اسْتَوَى عَلَى الْعَرْشِ وَسَخَّرَ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ كُلٌّ يَجْرِي لأَجَلٍ مُّسَمًّى يُدَبِّرُ اْلأَمْرَ يُفَصِّلُ اْلأَيَاتِ لَعَلَّكُمْ بِلِقَآءِ رَبِّكُمْ تُوقِنُونَ

Artinya: “Allah-lah yang meninggikan langit tanpa tiang (sebagaimana) yang kamu lihat, kemudian Dia bersemayam di atas ‘Arsy, dan menundukkan matahari dan bulan.Masing-masing beredar hingga waktu yang ditentukan.Allah mengatur urusan (makhluk-Nya), menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya), supaya kamu meyakini pertemuan(mu) dengan Rabbmu“. [QS. Ar Ra'd:2]

قُل لَّوْ كَانَ مَعَهُ ءَالِهَةٌ كَمَا يَقُولُونَ إِذًا لاَّبْتَغَوْا إِلَى ذِي الْعَرْشِ سَبِيلاً

Artinya: “Katakanlah:Jikalau ada ilah-ilah di samping-Nya, sebagaimana yang mereka katakan, niscaya ilah-ilah itu mencari jalan kepada (Rabb) Yang mempunyai ‘Arsy“. [QS.Al Isra: 42]

الرَّحْمَنُ عَلَى اْلعَرْشِ اسْتَوَى

Artinya: “(Yaitu) Yang Maha Pemurah, yang bersemayam di atas ‘Arsy. [QS.Thaha: 5]

لَوْكَانَ فِيهِمَآ ءَ الِهَةٌ إِلاَّ اللهُ لَفَسَدَتَا فَسُبْحَانَ اللهِ رَبِّ الْعَرْشِ عَمَّا يَصِفُونَ

Artinya: “Sekiranya ada di langit dan di bumi ilah-ilah selain Allah, tentulah keduanya itu sudah rusak binasa. Maka Maha Suci Allah yang mempunyai ‘Arsy daripada apa yang mereka sifatkan“. [QS. Al Anbiya: 22]

قُلْ مَن رَّبُّ السَّمَاوَاتِ السَّبْعِ وَرَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِيم

Artinya: “Katakanlah: ‘Siapakah Yang Empunya langit yang tujuh dan Yang Empunya ‘Arsy yang besar?’ ” [QS. Al Mu'minun: 86]

فَتَعَالَى اللهُ الْمَلِكُ الْحَقُّ لآإِلَهَ إِلاَّهُوَ رَبُّ الْعَرْشِ الْكَرِيم

Artinya: “Maka Maha Tinggi Allah, Raja Yang Sebenarnya;tidak ada ilah (yang berhak disembah) selain Dia, Rabb (Yang mempunyai) ‘Arsy yang mulia“. [QS. Al Mu'minun:116]

الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَاْلأَرْضَ وَمَابَيْنَهُمَا فِي سِتَّةِ أَيَّامٍ ثُمَّ اسْتَوَى عَلَى الْعَرْشِ الرَّحْمَنُ فَسْئَلْ بِهِ خَبِيرًا

Artinya: “Yang Menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas Arsy, (Dialah) Yang Maha Pemurah, maka tanyakanlah (tentang Allah) kepada yang lebih mengetahui (Muhammad) tentang Dia“. [QS. Al Furqan:59]

اللهُ لآإِلَهَ إِلاَّهُوَ رَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِيمِ

Artinya: “Allah, tiada Ilah Yang disembah kecuali Dia, Rabb Yang mempunyai’Arsy yang besar“. [QS. An Naml: 26]

الله الذِيْ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ وَمَابَيْنَهُمَا فِيْ سِتَّةِ أَيَّامٍ ثُمَّ اسْتَوَى عَلَى اْلعَرْشِ مَالَكُمْ مِنْ دُوْنِهِ مِنْ وَلِي وَلاشَفِيْعٍ أَفَلا تَتَذَكَّرُوْنَ

Artinya: “Allah-lah yang menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas ‘Arsy. Tidak ada bagi kamu selain daripada-Nya seorang penolongpun dan tidak (pula) seorang pemberi syafa’at.Maka apakah kamu tidak memperhatikan? ” [QS. As Sajdah: 4]

وَتَرَى الْمَلاَئِكَةَ حَآفِّينَ مِنْ حَوْلِ الْعَرْشِ يُسَبِّحُونَ بِحَمْدِ رِبِّهِمْ وَقُضِيَ بَيْنَهُم بِالْحَقِّ وَقِيلَ الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِين

Artinya: “Dan kamu (Muhammad) akan melihat malaikat-malaikat berlingkar disekeliling ‘Arsy bertasbih sambil memuji Rabb-nya; dan diberi putusan di antara hamba-hamba Allah dengan adil dan diucapkan: ‘Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam’ “. [QS. Az Zumar: 75]

الَّذِينَ يَحْمِلُونَ الْعَرْشَ وَمَنْ حَوْلَهُ يُسَبِّحُونَ بِحَمْدِ رَبِّهِمْ وَيُؤْمِنُونَ بِهِ وَيَسْتَغْفِرُونَ لِلَّذِينَ ءَامَنُوا رَبَّنَا وَسِعْتَ كُلَّ شَىْءٍ رَّحْمَةً وَعِلْمًا فَاغْفِرْ لِلَّذِينَ تَابُوا وَاتَّبَعُوا سَبِيلَكَ وَقِهِمْ عَذَابَ الْجَحِيمِ

Artinya: “(Malaikat-malaikat) yang memikul ‘Arsy dan malaikat yang berada di sekililingnya bertasbih memuji Rabbnya dan mereka beriman kepada-Nya serta memintakan ampun bagi orang-orang yang beriman (seraya mengucapkan):”Ya Rabb kami, rahmat dan ilmu Engkau meliputi segala sesuatu, maka berilah ampunan kepada orang-orang yang bertaubat dan mengikuti jalan Engkau dan peliharalah mereka dari siksaan neraka yang bernyala-nyala“. [QS. Al-Mu'min: 7]

رَفِيعُ الدَّرَجَاتِ ذُو الْعَرْشِ يُلْقِي الرُّوحَ مِنْ أَمْرِهِ عَلَى مَن يَشَآءُ مِنْ عِبَادِهِ لِيُنذِرَ يَوْمَ التَّلاَقِ

Artinya: “(Dialah) Yang Maha Tinggi derajat-Nya, Yang mempunyai ‘Arsy, Yang mengutus Jibril dengan (membawa) perintah-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya, supaya dia memperingatkan (manusia) tentang hari pertemuan (hari kiamat)“. [QS. Al Mu'min: 15]

سُبْحَانَ رَبِّ السَّمَاوَاتِ وَاْلأَرْضِ رَبِّ الْعَرْشِ عَمَّا يَصِفُونَ

Artinya: “Maha Suci Rabb Yang mempunyai langit dan bumi, Rabb Yang mempunyai ‘Arsy, dari apa yang mereka sifatkan itu“. [QS. Az Zukhruf: 82]

هُوَ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَاْلأَرْضَ فِي سِتَّةِ أَيَّامٍ ثُمَّ اسْتَوَى عَلَى الْعَرْشِ يَعْلَمُ مَايَلِجُ فِي اْلأَرْضِ وَمَايَخْرُجُ مِنْهَا وَمَايَنزِلُ مِنَ السَّمَآءِ وَمَايَعْرُجُ فِيهَا وَهُوَ مَعَكُمْ أَيْنَ مَاكُنتُمْ وَاللهُ بِمَاتَعْمَلُونَ بَصِيرٌ

Artinya: “Dialah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa; Kemudian Dia bersemayam di atas ‘Arsy dia mengetahui apa yang masuk ke dalam bumi dan apa yang ke luar daripadanya dan apa yang turun dari langit dan apa yang naik kepadanya.Dan Dia bersama kamu di mana saja kamu berada.Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan“. [QS. Al Hadid: 4]

وَالْمَلَكُ عَلَى أَرْجَآئِهَا وَيَحْمِلُ عَرْشَ رَبِّكَ فَوْقَهُمْ يَوْمَئِذٍ ثَمَانِيَةٌ

Artinya: “Dan malaikat-malaikat berada di penjuru-penjuru langit. Dan pada hari itu delapan orang malaikat menjunjung ‘Arsy Rabbmu di atas (kepala) mereka“. [QS. Al Haaqqoh: 17]

ذِى قُوَّةٍ عِندَ ذِي الْعَرْشِ مَكِينٍ

Artinya: “Yang mempunyai kekuatan, yang mempunyai kedudukan tinggi di sisi Allah yang mempunyai ‘Arsy” [QS. At Takwir: 20]

ذِي الْعَرْشِ اْلمَجِيْدِ

Artinya: “Yang mempunyai singgasana, lagi Mahamulia” [QS.Al Buruuj:15]

Semua ayat ini menunjukkan keberadaan dan keagungan Arsy.

Imam Ath Thahawi berkata: “Al Arsy dan Kursi adalah benar adanya”. Akan tetapi walaupun demikian masih banyak kaum muslimin yang mengaku telah beriman kepada yang ghaib yang belum mengetahui permasalahan ini bahkan mengingkari keberadaannya walaupun mereka telah membaca Al Quran dan mengerti maknanya. Oleh karena itu tampaknya perlu dibahas lagi permasalahan ini agar diketahui dan dipahami sesuai dengan hakikat kebenaran yang berdasarkan Al Quran dan As Sunnah.

Pengertian Arsy.
Arsy merupakan kata yang berasal dari bahasa Arab yang pada asalnya mengandung makna ketinggian suatu bangunan akan tetapi ia dipakai bangsa Arab untuk menunjukkan beberapa makna, diantaranya:

1. Singgasana raja.
Al Khalil bin Ahmad Al Farahidi berkata: “Al Arsy adalah singgasana untuk raja”[1]. Al Azhaary menyatakan: “Al Arsy dalam bahasa Arab bermakna singgasana raja , yang menunjukkan hal itu adalah singgasana raja saba’ yang telah dinamai Allah dengan Al Arsy, dalam firman Nya:

إِنِّي وَجَدتُّ امْرَأَةً تَمْلِكُهُمْ وَأُوتِيَتْ مِن كُلِّ شَىْءٍ وَلَهَا عَرْشٌ عَظِيمٌ

Artinya: “Sesungguhnya aku menjumpai seorang wanita yang memerintah mereka, dan dia dianugerahi segala sesuatu serta mempunyai singgasana yang besar“. [QS.An Naml: 23] ” [2]

2. Atap rumah.
Al Khalil mengatakan: “Arsyul Bait yaitu atapnya“[3]. Az Zubaidy menyatakan: “Al Arsy dari rumah adalah atapnya sebagaimana dalam hadits:

أَوْ كَالْقَنْدِيْلِ اْلمُعَلَّقِ بِالْعَرْشِ

Artinya: “Atau seperti kendil yang tergantung di Al Arsy ” yaitu atap, dan dalam hadits lain:

كُنْتُ أَسْمَعُ قِرَاءَةَ رَسُوْلِ الله عَلَى عَرْشِيْ

Artinya: “Aku telah mendengar bacaan Rasulullah dari arsy” yaitu atap rumahku, dan dengan makna ini juga ditafsirkan firman Allah :

أَوْ كَالَّذِي مَرَّ عَلَى قَرْيَةٍ وَهِيَ خَاوِيَةٌ عَلَى عُرُوشِهَا

Artinya: “Atau apakah (kamu tidak memperhatikan) orang-orang yang melalui suatu negeri yang (temboknya) telah roboh menutupi atapnya” [QS Al Baqarah: 259][4]

3. Tiang dari sesuatu
Az Zubaidy berkata: “Al Arsy bermakna tiang dari sesuatu, ini pendapat Az Zujaaj dan Al Kisaa’i”.[5]

4. Kerajaan.
Al Azhaary berkata: “Al Arsy adalah kerajaan, bila dikatakan: Tsulla Arsyuhu bermakna hilang kerajaan dan keperkasaannya”[6].

5. Bagian dari punggung kaki
Al Khalil berkata: “Al Arsy di kaki adalah bagian antara alhimaar dengan jari-jari kaki di bagian atas (punggung) telapak kaki, dan Alhimaar adalah tulang yang menonjol di bagian punggung telapak kaki, dan jamaknya Iraasyah dan A’rasy”[7].
Dan berkata Ibnul A’rabi : “Punggung telapak kaki dinanakan Arsy dan perut telapak kaki dinamakan Al Akhmash”[8].

Inilah sebagian makna Al Arsy dalam bahasa Arab, akan tetapi makna-makna tersebut akan berubah-ubah sesuai dengan yang disandarinya. Sedangkan yang dimaksud dengan Arsy Allah adalah singgasana, sesuai dengan petunjuk yang telah ditunjukkan oleh nash-nash Al Quran dan As Sunnah.

Adapun syubhat yang dilontarkan orang-orang Jahmiyah bahwa makna Al Arsy dalam firman Allah :

الرَّحْمَنُ عَلَى اْلعَرْشِ اسْتَوَى

Artinya: “(Yaitu) Yang Maha Pemurah, yang bersemayam di atas ‘Arsy“. [QS.Thaha: 5]

mengandung kemungkinan beberapa makna, sehingga tidak diketahui makna apa yang ditunjukkan ayat ini dari makna-makna tersebut.

Hal ini telah dijawab oleh Ibnul Qayyim dengan mengatakan: “Ini merupakan usaha untuk membuat kerancuan terhadap orang-orang yang bodoh dan merupakan kedustaan yang nyata, karena Arsy Allah yang Dia bersemayam diatasnya tidak memiliki makna kecuali satu makna saja, walaupun Arsy secara umum memiliki beberapa makna. Akan tetapi huruf lam disini adalah untuk menunjukkan sesuatu yang telah diketahui sebelumnya (Al ‘Ahd), maka hal itu membuat makna Arsy menjadi tertentu saja yaitu Arsy Ar Rabb yang bermakna singgasana kerajaannya yang telah disepakati dan diakui para rasul dan para umat kecuali orang yang menentang para Rasul”[9].

Apakah Arsy itu?
Pengertian Al Arsy menurut Ahlu Sunnah wal Jamaah (manhaj salaf) adalah makhluk Allah yang tertinggi berupa singgasana seperti kubah yang memiliki tiang-tiang yang dipikul dan dikelilingi oleh para malaikat.

Al Baihaqy berkata: “Pendapat para ahli tafsir tentang Al Arsy adalah singgasana, dan dia adalah jasad yang berbentuk yang telah diciptakan Allah dan Dia perintahkan para malaikat untuk memikilnya dan beribadah dengan mengagungkan dan berthawaf padanya, sebagimana Dia menciptakan satu rumah dibumi dan memerintahkan bani adam untuk berthowaf padanya dan menghadapkan kepadanya ketika shalat. Dan pendapat-pendapat mereka itu ada dalil penunjukkannya yang jelas dalam ayat-ayat dan hadits-hadits serta atsar-atsar”[10].

Ibnu Katsir berkata: “Dia adalah singgasana yang memiliki tiang-tiang yang dipikul oleh para malaikat dan dia seperti kubah yang menutupi alam ini dan dia adalah atapnya para makhluk”[11].

Syamsuddin Adz Dzahabi -setelah menyebutkan sebahagian ahli surga- menyatakan: “Apa yang disangka tentang Al Arsy yang agung yang telah dijadikan Allah untuk diriNya dalam ketinggian, luas, tiang-tiang, bentuk, pemikulnya dan melaikat-malaikat berlingkar di sekeliling ‘Arsy serta kebagusan dan keindahannya. Sungguh telah diriwayatkan, dia dibuat dari yaquut (jenis permata yang sangat indah, -pen) yang berwarna merah”[12].

Berdalil dengan dalil-dalil sebagai berikut:

1. Dalil Al Arsy adalah makhluk Allah yang telah Allah ciptakan adalah :

a. Dari Alquran
Firman Allah :

ذَالِكُمُ اللهُ رَبُّكُمْ لآَإِلَهَ إِلاَّ هُوَ خَالِقُ كُلِّ شَىْءٍ فَاعْبُدُوهُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَىْءٍ وَكِيلٌ

Artinya: “(Yang memiliki sifat-sifat yang) demikian itu ialah Allah Rabb kamu; tidak ada Ilah (yang berhak disembah) selain Dia; Pencipta segala sesuatu, maka sembahlah Dia; dan Dia adalah Pemelihara segala sesuatu.” [QS.Al An'am:102]

Maka setiap sesuatu di alam ini adalah makhluk yang Allah ciptakan dan adakan, dan Al Arsy adalah salah satu makhluk dari makhluk-makhluk Allah.
Dan firman Allah :

اللهُ لآإِلَهَ إِلاَّهُوَ رَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِيمِ

Artinya: “Allah, tiada Ilah Yang disembah kecuali Dia, Rabb Yang mempunyai ‘Arsy yang besar“. [QS.An Naml: 26]

Dan firman Allah :

وَهُوَ رَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِيمِ

Artinya: “Dia adalah Rabb yang memiliki ‘Arsy yang agung“. (QS.At Taubah 9:129)
Al Hafidz Ibnu Hajar berkata: “Firman Allah :

وَهُوَ رَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِيمِ

Dia adalah Rabb yang memiliki ‘Arsy yang agung“. (QS.At Taubah: 129)
memberikan isyarat penunjukkan bahwa Al Arsy dimiliki, dan setiap yang dimiliki adalah makhluk… dan dalam penetapan tiang-tiang Al Arsy ada penunjukan yang tegas bahwa Arsy adalah sesuatu yang tersusun dari beberapa bagian dan anggota tubuh, dan sesuatu yang tersusun demikian adalah makhluk yang diciptakan”[13].

b. Dari As Sunnah.
Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda dalam hadits Abu Raziin Al Uqailiy, beliau berkata:

يَارَسُوْلَ الله أَيْنَ كَانَ رَبُّنَا قَبْلَ أَنْ يَخْلُقَ خَلْقَهُ ؟ قاَلَ كَانَ فِيْ عَمَاء مَا فَوْقَهُ هَوَاءُ وَ مَا تَحَْهُ هَوَاءُ ثُمَّ خَلَقَ عَرْشَهُ عَلَى اْلمَاءِ

Artinya: “Wahai Rasulullah dimana dahulu Rabb kita berada sebelum menciptakan makhlukNya ? Beliau menjawab: Dia berada di ‘amaa, tidak ada diatas dan bawahnya udara, kemudian dia menciptakan Arsy-Nya diatas air“.[14]
Ini adalah dalil-dalil yang digunakan oleh para ulama salaf dalam menetapkan Arsy sebagai makhluk dari makhluk Allah.

2. Dalil Al Arsy adalah makhluk Allah yang tertinggi dan berbentuk kubah

Hadits Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam:

إِذَا سَأَلْتُمُ الله فَاسْأَلُوْهُ اْلفِرْدَوْسَ فَإِنَّهُ وَسَطُ اْلجَنَّةِ وَ أَعْلاهَا وَفَوْقَهُ عَرْشُ الرَّحْمَنِ وَمِنْهُ تَفْجُرُ أَنْهَارُ الْجَنَّةِ

Artinya: “Jika kalian meminta, mintalah Alfirdaus, karena dia adalah tengah-tengah syurga dan yang paling tinggi dan diatasnya adalah Arsy Allah, dan darinya terpancar sungai-sungai surga“.[15]

Berkata Abu Abdillah Muhammad bin Abdillah bin Abi Zamaniin dalam kitabnya Ushulussunnah: “Merupakan keyakinan Ahlussunnah yaitu Allah telah menciptakan Al Arsy dan mengkhususkannya dengan berada diatas dan ketinggian diatas semua makhluknya”[16]. Ibnu Taimiyah berkata: “Adapun Al Arsy maka dia berupa kubah sebagaimana diriwayatkan dalam As Sunan karya Abu Daud dari jalan periwayatan Jubair bin Muth’im, dia berkata: “Telah datang menemui Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam seorang A’rab dan berkata: “Wahai Rasulullah jiwa-jiwa telah susah dan keluarga telah kelaparan- dan beliau menyebut hadits- sampai Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

إِنَّ الله عَلَى عَرْشِهِ وَ إِنَّ عَرْشَهُ عَلَى سَمَوَاتِهِ وَ أَرْضِهِ كَهَكَذَا وَ قَالَ بِأَصَابِعِهِ مِثْلَ اْلقُبَّةِ

Artinya: “Sesungguhnya Allah diatas ArsyNya dan ArsyNya diatas langit-langit dan bumi, seperti begini dan memberikan isyarat dengan jari-jemarinya seperti kubah“[17]

dan tentang ketinggiannya Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda :

إِذَا سَأَلْتُمُ الله فَاسْأَلُوْهُ اْلفِرْدَوْسَ فَإِنَّهُ وَسَطُ اْلجَنَّةِ وَ أَعْلاهَا وَفَوْقَهُ عَرْشُ الرَّحْمَنِ وَمِنْهُ تَفْجُرُ أَنْهَارُ الْجَنَّةِ

Artinya: “Jika kalian meminta, mintalah Alfirdaus, karena dia syurga yang paling utama dan yang paling tinggi dan diatasnya adalah Arsy Allah, dan darinya terpancar sungai-sungai surga“.[18]

Dan jelaslah dengan hadits-hadits ini bahwa AlArsy adalah makhluk yang paling tinggi dan dia seperti kubah”.[19]

3. Dalil Al-Arsy adalah singgasana.

Ibnu Qutaibah berkata: “Mereka mencari-cari makna lain untuk Arsy selain singgasana, sedangkan Ulama bahasa (Arab) tidak mengenal makna untuk Arsy kecuali singgasana dan apa yang digelar dari atap-atap dan yang serupanya”.[20]
Ibnu Katsir berkata: “Al Arsy dalam bahasa Arab artinya dari singgasana untuk seorang raja, sebagaimana firman Allah :

وَلَهَا عَرْشٌ عَظِيمٌ

Artinya: “Adalah dia (ratu Bilqis) mempunyai singgasana yang besar” [QS. An Naml 23] dan bukan galaksi. Demikian juga bangsa Arab tidak mengenal hal itu sedangkan Alquran diturunkan dalam bahasa Arab, maka dia adalah singgasana yang memiliki tiang-tiang”.[21]

4. Dalil bahwa Arsy adalah singgasana yang memiliki tiang-tiang

Sabda Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam :

إِنَّ النَّاسَ يَصْعَقُوْنَ يَوْمَ اْلقِيَامَةِ فَأَكُوْنَ أَوَّلَ مَنْ يَفِيْقُ فَإِذَا أَنَا بِمُوْسَى آَخِذٌ بِقَائِمَةٍ مِنْ قَوَائِمِ اْلعَرْشِ فَلا أَدْرِيْ أَفَاقَ قَبْلِيْ أَمْ جُوْزِيَ بِصَعْقَةِ الطُّوْرِ

Artinya: “Sesungguhnya manusia pingsan pada hari kiamat, lalu aku adalah orang yang pertama sadar, seketika itu aku mendapatkan Musa sedang memegang sebuah tiang dari tiang-tiang AlArsy, maka aku tidak tahu apakah dia telah sadar sebelumku ataukah dia dibebaskan (dari pingsan tersebut) karena telah pingsan di bukit Thur“.[22]
Berkata Ibnu Abil Izz: “Telah tetap dalam syariat bahwa Al Arsy memiliki tiang-tiang”.[23]

5. Dalil bahwa Arsy dipikul dan di-thawaf-i oleh para malaikat

a. Dari Alquran,

Firman Allah

الَّذِينَ يَحْمِلُونَ الْعَرْشَ وَمَنْ حَوْلَهُ يُسَبِّحُونَ بِحَمْدِ رَبِّهِمْ وَيُؤْمِنُونَ بِهِ وَيَسْتَغْفِرُونَ لِلَّذِينَ ءَامَنُوا رَبَّنَا وَسِعْتَ كُلَّ شَىْءٍ رَّحْمَةً وَعِلْمًا فَاغْفِرْ لِلَّذِينَ تَابُوا وَاتَّبَعُوا سَبِيلَكَ وَقِهِمْ عَذَابَ الْجَحِيمِ

Artinya: “(Malaikat-malaikat) yang memikul ‘Arsy dan malaikat yang berada di sekililingnya bertasbih memuji Rabbnya dan mereka beriman kepada-Nya serta memintakan ampun bagi orang-orang yang beriman (seraya mengucapkan):”Ya Rabb kami, rahmat dan ilmu Engkau meliputi segala sesuatu, maka berilah ampunan kepada orang-orang yang bertaubat dan mengikuti jalan Engkau dan peliharalah mereka dari siksaan neraka yang bernyala-nyala” [QS. Al Mu'min:7]
dan firman Allah :

وَالْمَلَكُ عَلَى أَرْجَآئِهَا وَيَحْمِلُ عَرْشَ رَبِّكَ فَوْقَهُمْ يَوْمَئِذٍ ثَمَانِيَةٌ

Artinya: “Dan malaikat-malaikat berada di penjuru-penjuru langit. Dan pada hari itu delapan orang malaikat menjunjung ‘Arsy Rabbmu di atas (kepala) mereka“. [QS. Al Haaqoh: 17]

b. Dari Assunnah.

Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda dalam hadits Jabir bin Abdillah (artinya): “Aku diizinkan untuk membicarakan seorang malaikat dari para malaikat Allah dari pemikul Al Arsy, sungguh jarak antara daun telinganya sampai bahunya sepanjang perjalanan 700 tahun“.[24]

Dari sini jelaslah sudah aqidah Ahlussunnah wal Jamaah tentang Al Arsy dan ini merupakan pendapat salafus shalih.

Penulis: Kholid Syamhudi, Lc.

Artikel UstadzKholid.Com




[1] Kitabul ‘Ain, 1/291

[2] Tahdzibul Lughoh, 1/413

[3] Kitabul ‘Ain 1/ 291

[4] Taajul Arusy Min Jawaahiril Qomus, 4/321

[5] Taajul Arusy, 4/321

[6] Tahdzibul Lughoh, 1/414

[7] Kitabul Ain, 1/293

[8] Lisanul Arab, 4/2882

[9] Mukhtashor Shawaiqul Mursalah, 1/17-18.

[10] Al Asma wa Shifat hal. 497

[11] Al Bidayah Wan Nihayah, 1/12

[12] Kitabul Uluw hal. 57

[13] Fathul Baary, 13/405

[14] HR. At Tirmidzi dalam Jami’ At Tirmidzi (sunan) kitab Tafsir, bab surat Hud 5/288 hadits No. 3109, Ibnu Majah dalam Sunan-nya Muqadimah Bab Fimaa Ankarat Al Jahmiyah 1/63, Imam Ahmad dalam Musnad-nya (4/11-12), Ibnu Abi Ashim dalam As Sunnah 1/271, dan Muhammad bin Utsman bin Abi Syaibah dalam kitabnya Al Arsy hal.313-314. Semuanya dari jalan periwayatan Hamad bin Salamah. Hadits ini dihasankan oleh At Tirmidzi dan Adz Dzahabi dan dilemahkan oleh Al Albany dalam Mukhtashor Al Uluw hal. 186. dan Al Albani berkata: “Pengesahan hadits ini tidak benar, karena semuanya bertemu pada Waki’ bin Hads, dan ada yang mengatakan ‘Ads, dan dia seorang majhul (tidak dikenal) yang tidak ada yang meriwayatkan darinya selain Ya’la bin Atha’ oleh karena itu dikatakan oleh penulis (yaitu Adz Dzahabi): ‘Tidak dikenal’. Dan berkata di dalam kitab Dzilaalil Jannah 1/271: ‘Sanadnya lemah’, Waki’ bin ‘Ads dan dikatakan Hads seorang yang majhul, tidak ada yang meriwayatkan darinya selain Ya’la bin Atha’ dan tidak juga beliau di tsiqahkan kecuali oleh Ibnu hibban”.

[15] HR. Bukhari dalam shohihnya kitab Tauhid bab wa kaana Arsyuhu Ala Alma’ lihat Fathul Bari 13/404.

[16] Ushulus Sunnah Hal. 282.

[17] HR. Ibnu Abi Ashim dalam As Sunnah 1/252

[18] HR. Bukhari dalam shohihnya kitab Tauhid bab wa kaana Arsyuhu Ala Alma’ lihat Fathul Bari 13/404.

[19] Al Fatawa Al Kubro Li Syaikhil Islam Ibni Taimiyyah, 5/151.

[20] Al Ikhtilaaf Fil Lafdzi, hal. 240

[21] Al Bidayah Wan Nihayah, 1/11-12

[22] HR Bukhari No. 2411, 3408, 6517 dan 6518 dan Muslim No. 2373

[23] Syarah Aqidah Ath Thohawiyah hal. 366

[24] Sanadnya shahih, diriwayatkan oleh Abu Dawud dalam Sunan-nya 5/96 No.4727, Al Khothib dalam Tarikh-nya 10/195 dan Al Baihaqy dalam Al Asma wa Shifat hal. 397 dari hadits Ibnul Munkadir dari Jabir. Berkata Adz Dzahabiy dalam kitabnya Al Uluw: “Sanadnya shohih”. Dan berkata Ibnu Katsir dalam Tafsir-nya 4/414: “Sanadnya baik dan perawi-perawinya tsiqat semua”.

sumber: http://ustadzkholid.com

11 Mar 2011

Siapa Bilang Dosamu Tidak Terampuni

Dari Anas bin Malik radhiallahu’anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, "Allah Ta’ala berfirman, 'Wahai anak Adam! Seandainya kamu datang kepada-Ku dengan membawa dosa hampir sepenuh isi bumi lalu kamu menemui-Ku dalam keadaan tidak mempersekutukan-Ku dengan sesuatu apapun, niscaya Aku pun akan mendatangimu dengan ampunan sebesar itu pula.'” (HR. Tirmidzi, dan dia menghasankannya).

Hadits yang agung ini menyimpan banyak pelajaran berharga, di antaranya:

1. Tauhid merupakan syarat untuk bisa meraih ampunan Allah Ta’ala. Syaikh Abdurrahman bin Hasan rahimahullah berkata mengomentari hal ini, “Ini adalah syarat yang berat untuk bisa mendapatkan janji itu yaitu curahan ampunan. Syaratnya adalah harus bersih dari kesyirikan, banyak maupun sedikit. Sementara tidak ada yang bisa selamat/ bersih darinya kecuali orang yang diselamatkan oleh Allah Ta’ala. Itulah hati yang selamat sebagaimana yang difirmankan oleh Allah Ta’ala (yang artinya), 'Pada hari ketika tidak lagi bermanfaat harta dan keturunan, kecuali bagi orang yang menghadap Allah dengan hati yang selamat.'” (Fath al-Majid bi Syarh Kitab at-Tauhid, hal. 53-54)

2. Keutamaan ini hanya akan bisa diperoleh bagi orang yang bersih tauhidnya. Ibnul Qayyim rahimahullah mengatakan, “…Seandainya ada seorang yang bertauhid dan sama sekali tidak mempersekutukan Allah dengan sesuatupun berjumpa dengan Allah dengan membawa dosa hampir seisi bumi, maka Allah pun akan menemuinya dengan ampunan sepenuh itu pula. Namun, hal itu tidak akan bisa diperoleh bagi orang yang cacat tauhidnya. Karena, sesungguhnya tauhid yang murni itu yang tidak tercemari oleh kesyirikan apapun, maka ia tidak akan menyisakan lagi dosa. Karena, ketauhidan semacam itu telah memadukan antara kecintaan kepada Allah, pemuliaan dan pengagungan kepada-Nya, serta rasa takut dan harap kepada-Nya semata, yang hal itu menyebabkan tercucinya dosa-dosa, meskipun dosanya hampir memenuhi isi bumi. Najis yang datang sekadar menodai, sedangkan faktor yang menolaknya sangat kuat.” (Dinukil dari Fath al-Majid bi Syarh Kitab at-Tauhid, hal. 54-55).

3. Hadits ini mengandung keterangan tentang makna la ilaha illallah yang bisa lebih berat timbangannya daripada semua makhluk dan semua dosa. Maknanya adalah meninggalkan syirik dalam jumlah banyak maupun sedikit. Hal itu pasti membuahkan ketauhidan yang sempurna. Tidak mungkin bisa bersih dari syirik kecuali bagi orang yang benar-benar merealisasikan tauhidnya, serta mewujudkan konsekuensi dari kalimat ikhlas (syahadat) yang berupa ilmu, keyakinan, kejujuran, keikhlasan, rasa cinta, menerima, tunduk patuh dan lain sebagainya menjadi konsekuensi kalimat yang agung itu (lihat Qurrat al-’Uyun al-Muwahhidin, hal. 22). Syaikh Abdul Aziz bin Bazz rahimahullah berkata, “Barangsiapa yang mengucapkannya -la ilaha illallah- dengan penuh keikhlasan dan kejujuran, maka dia tidak akan terus-menerus tenggelam di dalam kemaksiatan-kemaksiatan. Karena keimanan dan keikhlasannya yang sempurna menghalangi dirinya dari terus-menerus tenggelam dalam maksiat. Oleh sebab itu, dia akan bisa masuk surga sejak awal bersama dengan rombongan orang-orang yang langsung masuk surga.” (Syarh Kitab at-Tauhid, hal. 21).

4. Hadits ini menunjukkan bahwa tauhid tidak hanya cukup di lisan. Namun, tauhid juga menuntut seorang hamba untuk menunaikan kewajiban, serta meninggalkan kemaksiatan. Syaikh Abdul Aziz bin Bazz rahimahullah berkata, “Barangsiapa yang mempersaksikannya -kalimat tauhid- namun dia mencemarinya dengan perbuatan dosa dan kemaksiatan, atau dia sekadar mengucapkannya dengan lisan sementara hati atau amalannya berbuat syirik seperti halnya orang-orang munafik, maka orang semacam ini ucapan syahadatnya tidak bermanfaat. Akan tetapi yang semestinya dia lakukan adalah mengucapkannya kemudian meyakininya dengan kuat, melaksanakan perintah-perintah dan meninggalkan larangan-larangan serta mengikuti tuntunan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.” (Syarh Kitab at-Tauhid, hal. 20). Beliau rahimahullah berkata, “Barangsiapa yang meninggalkan kewajiban atau melakukan perkara yang dilarang, maka itu berarti dia telah berani menawarkan dirinya untuk menerima hukuman Allah Ta’ala meskipun dia mengucapkan kalimat ini dan meyakininya. Apabila dia melakukan sesuatu yang membatalkan keislamannya, maka berubahlah dia menjadi orang yang murtad dan kafir. Syahadat ini tidak lagi bermanfaat untuknya. Oleh sebab itu, kalimat ini harus diwujudkan dalam kenyataan dan mengamalkan konsekuensi-konsekuensinya, kalau tidak demikian, maka dia berada dalam bahaya besar seandainya dia tidak kunjung bertaubat juga.” (Syarh Kitab at-Tauhid, hal. 26). Beliau juga mengatakan, “Hadits-hadits yang ada menunjukkan bahwasanya para pelaku maksiat itu sangat berresiko dijatuhi ancaman siksa dan mereka akan masuk ke neraka, lalu mereka akan dikeluarkan darinya dengan syafa’at para nabi dan yang lainnya. Hal itu dikarenakan mereka telah melemahkan tauhid mereka dan mencemarinya dengan kemaksiatan-kemaksiatan.” (Syarh Kitab at-Tauhid, hal. 21).

5. Hadits ini menunjukkan betapa besar pahala amalan tauhid (lihat Fath al-Majid bi Syarh Kitab at-Tauhid, hal. 55).

6. Hadits ini menunjukkan betapa luasnya kedermawanan dan kasih sayang Allah Ta’ala (lihat Fath al-Majid bi Syarh Kitab at-Tauhid, hal. 55).

7. Hadits ini mengandung bantahan bagi orang-orang Khawarij yang mengkafirkan pelaku dosa besar (lihat Fath al-Majid bi Syarh Kitab at-Tauhid, hal. 55).

8. Hadits ini juga mengandung bantahan bagi kaum Mu’tazilah yang memiliki keyakinan bahwa pelaku dosa besar itu berada di antara dua status di alam dunia ini, antara iman dan kafir. Manzilah baina manzilatain dalam istilah mereka, dan pelaku dosa besar menurut mereka kelak akan kekal di neraka (lihat Fath al-Majid bi Syarh Kitab at-Tauhid, hal. 55).

9. Allah Ta’ala berkata-kata, sesuai dengan keagungan dan kemuliaan diri-Nya (lihat al-Jadid fi Syarh Kitab at-Tauhid, hal. 43).

10. Meninggal di atas tauhid yang bersih merupakan syarat mendapatkan ampunan dosa, dalam hal ini terdapat perincian sebagai berikut: [1] Orang yang mati dalam keadaan melakukan syirik besar atau tidak bertaubat darinya, maka dia pasti masuk neraka. [2] Orang yang meninggal dalam keadaan bersih dari syirik besar namun masih terkotori dengan syirik kecil sementara kebaikan-kebaikannya ternyata lebih berat daripada timbangan keburukannya, maka dia pasti masuk surga. [3] Orang yang meninggal dalam keadaan bersih dari syirik besar namun masih memiliki syirik kecil sedangkan keburukannya justru lebih berat dalam timbangan, maka orang itu berhak masuk neraka namun tidak kekal di sana (lihat al-Jadid fi Syarh Kitab at-Tauhid, hal. 44).

11. Hadits ini mengandung motivasi (targhib) dan peringatan (tarhib). Ini merupakan motivasi agar orang mau berjuang keras membersihkan tauhidnya dari kotoran syirik dan kemaksiatan, karena Allah menjanjikan ampunan yang demikian besar bagi orang yang murni tauhidnya. Dan ini sekaligus menjadi peringatan bagi orang-orang yang selama ini tenggelam dalam dosa dan kemaksiatan agar waspada dan takut kalau ternyata di akhir hidupnya mereka tidak tergolong orang yang bersih tauhidnya. Karena kotornya tauhid akan menyebabkan dosa-dosa mereka tidak pasti diampuni oleh Allah, padahal kita semua mengetahui bahwa ‘Inna bathsya Rabbika la syadiid’ Sesungguhnya siksaan Rabb-mu amatlah keras… Allah Ta’ala juga berfirman (yang artinya), “Seandainya Allah mau menyiksa manusia -di dunia- sebagai hukuman atas dosa yang mereka perbuat niscaya tidak akan Allah sisakan di atas muka bumi ini seekor binatang melatapun. Akan tetapi Allah menunda hukuman itu untuk mereka hingga waktu yang telah ditentukan. Maka apabila telah datang saatnya sesungguhnya Allah Maha melihat semua hamba-Nya.” (QS. Fathir: 45). Ibnu Katsir rahimahullah berkata, “Artinya adalah apabila Allah menyiksa mereka sebagai hukuman atas semua dosa yang mereka perbuat, maka Allah tentu akan menghancurkan semua penduduk bumi dan segala binatang dan rezeki yang mereka miliki.” (Tafsir al-Qur’an al-’Azhim [6/362] cet. Maktabah at-Taufiqiyah).

12. Hadits di atas juga menunjukkan wajibnya mempelajari syirik -dengan segala macam bentuk dan jenisnya- untuk dijauhi, wajibnya menyadari bahayanya yang sangat besar serta memperingatkan umat dari segala sarana yang menjerumuskan ke dalamnya.

13. Hadits di atas juga menunjukkan pentingnya tazkiyatun nafs/ penyucian jiwa. Karena sesungguhnya orang yang bisa meraih keutamaan yang berupa ampunan yang melimpah ruah itu hanyalah orang yang bersih tauhidnya. Sementara hal itu tidak akan bisa dicapai kecuali dengan mengenali maksiat dan menjauhinya serta bertaubat darinya.

14. Hadits di atas juga menunjukkan bahwa dosa yang paling harus ditakuti dan dijauhi oleh manusia adalah dosa kesyirikan dan kekafiran. Karena dosa itulah yang menghalangi mereka dari memperoleh ampunan Allah Ta’ala. Oleh sebab itulah dalam memperbaiki kondisi masyarakat yang telah mengalami kerusakan dalam berbagai sisi kehidupan mereka maka seorang dai harus memprioritaskan pembenahan akidah dan pemurnian tauhid terlebih dulu, karena ini adalah asas penyucian jiwa dan kunci keselamatan di dunia dan di akhirat.

15. Hadits di atas menunjukkan batilnya semua sesembahan selain Allah Ta’ala. Sehingga tidak ada sosok yang layak untuk dijadikan tempat bergantungnya hati, tumpuan rasa cinta, takut, dan harap serta tawakal kecuali kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

16. Hadits di atas juga menunjukkan bahayanya riya’, karena riya’ adalah syirik yang sangat samar, sementara syirik menyebabkan pelakunya terhalang dari mendapatkan ampunan dosa.

17. Hadits di atas menunjukkan bahwa pengampunan dosa adalah hak Allah Ta’ala, bukan hak Nabi ataupun ulama, apalagi pendeta atau pastur gereja!

18. Hadits di atas menunjukkan sebesar apapun dosa selama masih berada di bawah tingkatan syirik, maka masih mungkin untuk diampuni oleh Allah Ta’ala dan masih ada kesempatan masuk surga walaupun pelakunya –jika tidak bertaubat- harus mampir sekian lama di dalam neraka, semoga Allah menyelamatkan kita darinya. Dosa syirik pun, apabila pelakunya bertaubat, maka akan diampuni oleh Allah Ta’ala.

Inilah sebagian pelajaran yang bisa kami sampaikan dalam kesempatan ini, semoga bermanfaat dan menambah rasa takut kita kepada-Nya. Segala puji hanya milik Allah, salawat dan salam semoga tetap terlimpah kepada Rasulullah.

Yogyakarta, 9 Dzulqa’dah 1430 H
Yang sangat membutuhkan ampunan Rabb-nya

Abu Mushlih Ari Wahyudi
Artikel www.PengusahaMuslim.com

Share this:
done

Pendiri Wahabi adalah Abdul Wahab bin Abdurrahman bin Rustum wafat 211H. Bukan Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab wafat 1206 H

Sebenarnya, Al-Wahabiyah merupakan firqah sempalan Ibadhiyah khawarij yang timbul pada abad ke 2 (dua) Hijriyah (jauh sebelum masa Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab), yaitu sebutan Wahabi nisbat kepada tokoh sentralnya Abdul Wahab bin Abdurrahman bin Rustum yang wafat tahun 211 H. Wahabi merupakan kelompok yang sangat ekstrim kepada ahli sunnah, sangat membenci syiah dan sangat jauh dari Islam.

Untuk menciptakan permusuhan di tengah Umat Islam, kaum Imperialisme dan kaum munafikun memancing di air keruh dengan menyematkan baju lama (Wahabi) dengan berbagai atribut penyimpangan dan kesesatannya untuk menghantam dakwah Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab atau setiap dakwah mana saja yang mengajak untuk memurnikan Islam. Karena dakwah beliau sanggup merontokkan kebatilan, menghancurkan angan-angan kaum durjana dan melumatkan tahta agen-agen asing, maka dakwah beliau dianggap sebagai penghalang yang mengancam eksistensi mereka di negeri-negeri Islam.

Contohnya: Inggris mengulirkan isue wahabi di India, Prancis menggulirkan isu wahabi di Afrika Utara, bahkan Mesir menuduh semua kelompok yang menegakkan dakwah tauhid dengan sebutan Wahabi, Italia juga mengipaskan tuduhan wahabi di Libia, dan Belanda di Indonesia, bahkan menuduh Imam Bonjol yang mengobarkan perang Padri sebagai kelompok yang beraliran Wahabi. Semua itu, mereka lakukan karena mereka sangat ketakutan terhadap pengaruh murid-murid Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab yang mengobarkan jihad melawan Imperialisme di masing-masing negeri Islam.

Tuduhan buruk yang mereka lancarkan kepada dakwah beliau hanya didasari tiga faktor:

1. Tuduhan itu berasal dari para tokoh agama yang memutarbalikkan kebenaran, yang hak dikatakan bathil dan sebaliknya, keyakinan mereka bahwa mendirikan bangunan dan masjid di atas kuburan, berdoa dan meminta bantuan kepada mayit dan semisalnya termasuk bagian dari ajaran Islam. Dan barangsiapa yang mengingkarinya dianggap membenci orang-orang shalih dan para wali.

2. Mereka berasal dari kalangan ilmuwan namun tidak mengetahui secara benar tentang Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab dan dakwahnya, bahkan mereka hanya mendengar tentang beliau dari pihak yang sentimen dan tidak senang Islam kembali jaya, sehingga mereka mencela beliau dan dakwahnya sehingga memberinya sebutan Wahabi.

3. Ada sebagian dari mereka takut kehilangan posisi dan popularitas karena dakwah tauhid masuk wilayah mereka, yang akhirnya menumbangkan proyek raksasa yang mereka bangun siang malam.

Dan barangsiapa ingin mengetahui secara utuh tentang pemikiran dan ajaran Syaikh Muhammad (Abdul Wahab) maka hendaklah membaca kitab-kitab beliau seperti Kitab Tauhid, Kasyfu as-Syubhat, Usul ats-Tsalatsah dan Rasail beliau yang sudah banyak beredar baik berbahasa arab atau Indonesia.


Penulis: Ustadz Zainal Abidin, Lc. Dan Artikel ini sebelumnya dipublikasikan oleh Koran Republika, edisi Selasa, 25 Agustus 2009.Dipublikasi ulang oleh muslim.or.id dengan penambahan beberapa catatan kecil.

http://muslim.or.id/manhaj/wahabisme-versus-terorisme.html



FATWA AL-LAKHMI DITUJUKAN KEPADA WAHABI (ABDUL WAHHAB BIN ABDURRAHMAN BIN RUSTUM) SANG TOKOH KHAWARIJ BUKAN KEPADA SYAIKH MUHAMMAD ABDUL WAHAB

Mengenai fatwa Al-Imam Al-Lakhmi yang dia mengatakan bahwa Al-Wahhabiyyah adalah salah satu dari kelompok sesat Khawarij. Maka yg dia maksudkan adalah Abdul Wahhab bin Abdurrahman bin Rustum dan kelompoknya  bukan Asy-Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab dan para pengikutnya. Hal ini karena tahun wafat Al-Lakhmi adalah 478 H sedangkan Asy-Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab wafat pada tahun 1206 H /Juni atau Juli 1792 M. Amatlah janggal bila ada orang yg telah wafat namun berfatwa tentang seseorang yg hidup berabad-abad setelahnya. Adapun Abdul Wahhab bin Abdurrahman bin Rustum maka  dia meninggal pada tahun 211 H. Sehingga amatlah tepat bila fatwa Al-Lakhmi tertuju kepadanya. Berikut Al-Lakhmi merupakan mufti Andalusia dan Afrika Utara dan fitnah Wahhabiyyah Rustumiyyah ini terjadi di Afrika Utara. Sementara di masa Al-Lakhmi hubungan antara Najd dgn Andalusia dan Afrika Utara amatlah jauh. Sehingga bukti sejarah ini semakin menguatkan bahwa Wahhabiyyah Khawarij yg diperingatkan Al-Lakhmi adl Wahhabiyyah Rustumiyyah bukan Asy-Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab dan para pengikutnya. [Lihat kitab Al-Mu’rib Fi Fatawa Ahlil Maghrib, karya Ahmad bin Muhammad Al-Wansyarisi, juz 11.]

Penulis: Al-Ustadz Ruwaifi’ bin Sulaimi Lc. Syariah Manhaji 24 - Maret - 2006 20:20:30

Perbedaan Da’wah Abdul Wahab bin Abdurrahman bin Rustum Dan Da’wah Syaikh Muhammad Abdul Wahhab

1.Da’wah Abdul Wahab bin Abdurrahman bin Rustum (Khawarij)

Khawarij adalah salah satu kelompok dari kaum muslimin yang mengkafirkan pelaku maksiat (dosa besar), membangkang dan memberontak terhadap pemerintah Islam, dan keluar dari jama’ah kaum muslimin.

Termasuk dalam kategori Khawarij, adalah Khawarij generasi awal (Muhakkimah Haruriyah) dan sempalan-sempalannya, seperti al-Azariqah, ash-Shafariyyah, dan an-Najdat –ketiganya sudah lenyap– dan al-Ibadhiyah –masih ada hingga sekarang–. Termasuk pula dalam kategori Khawarij, adalah siapa saja yang dasar-dasar jalan hidupnya seperti mereka, seperti Jama’ah Takfir dan Hijrah. Atas dasar ini, maka bisa saja Khawarij muncul di sepanjang masa, bahkan betul-betul akan muncul pada akhir zaman, seperti telah diberitakan oleh Rasulullah.

“Pada akhir zaman akan muncul suatu kaum yang usianya rata-rata masih muda dan sedikit ilmunya. Perkataan mereka adalah sebaik-baik perkataan manusia, namun tidaklah keimanan mereka melampaui tenggorokan Maksudnya, mereka beriman hanya sebatas perkataan tidak sampai ke dalam hatinya – red. Mereka terlepas dari agama; maksudnya, keluar dari ketaatan – red sebagaimana terlepasnya anak panah dari busurnya. Maka di mana saja kalian menjumpai mereka, bunuhlah! Karena hal itu mendapat pahala di hari Kiamat.” (HR. Al Bukhari no. 6930, Muslim no. 1066)

Lihat kelengkapannya Di sini

http://alqiyamah.wordpress.com/2008/06/22/khawarij-bahaya-laten-bagi-kaum-muslimin/

2. Da’wah Syaikh Muhammad Abdul Wahhab (Ahlussunnah Wal Jama'ah)

Alangkah baiknya kami paparkan terlebih dahulu penjelasan singkat tentang hakikat dakwah yang beliau serukan. Karena hingga saat ini ‘para musuh’ dakwah beliau masih terus membangun dinding tebal di hadapan orang-orang awam, sehingga mereka terhalang untuk melihat hakikat dakwah sebenarnya yang diusung oleh beliau.

Syaikh berkata,

“Segala puji dan karunia dari Allah, serta kekuatan hanyalah bersumber dari-Nya. Sesungguhnya Allah ta’ala telah memberikan hidayah kepadaku untuk menempuh jalan lurus, yaitu agama yang benar; agama Nabi Ibrahim yang lurus, dan Nabi Ibrahim itu bukanlah termasuk orang-orang yang musyrik. Alhamdulillah aku bukanlah orang yang mengajak kepada ajaran sufi, ajaran imam tertentu yang aku agungkan atau ajaran orang filsafat.

Akan tetapi aku mengajak kepada Allah Yang tiada sekutu bagi-Nya, dan mengajak kepada sunnah Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam yang telah diwasiatkan kepada seluruh umatnya. Aku berharap untuk tidak menolak kebenaran jika datang kepadaku. Bahkan aku jadikan Allah, para malaikat-Nya serta seluruh makhluk-Nya sebagai saksi bahwa jika datang kepada kami kebenaran darimu maka aku akan menerimanya dengan lapang dada. Lalu akan kubuang jauh-jauh semua yang menyelisihinya walaupun itu perkataan Imamku, kecuali perkataan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam karena beliau tidak pernah menyampaikan selain kebenaran.” (Kitab ad-Durar as-Saniyyah: I/37-38).

“Alhamdulillah, aku termasuk orang yang senantiasa berusaha mengikuti dalil, bukan orang yang mengada-adakan hal yang baru dalam agama.” (Kitab Muallafat Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab: V/36).

Lihat kelengkapannya di sini

http://muslim.or.id/manhaj/buku-putih-syaikh-muhammad-bin-abdul-wahab-1.html

http://muslim.or.id/manhaj/buku-putih-syaikh-muhammad-bin-abdul-wahab-2.html

http://muslim.or.id/aqidah/inilah-aqidah-syaikh-muhammad-bin-abdul-wahhab.html


Jadi ternyata Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab bukan wahabi dan wahabi bukan dari Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab. Akan tetapi Wahabi dari Abdul Wahab bin Abdurrahman bin Rustum

Demikian pula ternyata Salafy bukan wahabi dan wahabi bukan Salafy karena berbeda dalam Aqidah dan Manhaj

Dan negara Kerajaan Saudi Arabia bukan negara wahabi. Akan tetapi Negara Islam yang Bermanhaj Salaf

Dan Jika Kami (Salafi) Masih dituduh Wahabi maka saksikanlah kami adalah (Salafi) Wahabi yang Bermanhaj Salaf

sumber:

http://www.facebook.com/home.php#!/notes/tentang-islam-manhaj-salaf-/pendiri-wahabi-adalah-abdul-wahab-bin-abdurrahman-bin-rustum-wafat-211-h-bukan-s/146661722064460?notif_t=note_reply

Metode Sederhana Menghafal Al-Quran Bagi Orang-Orang Sibuk

Ikhwan dan Akhwat rahiymakumullahu jamiy’an, banyak hadits yang menyebutkan tentang keutamaan menghapal Al-Qur’an, dan sepantasnya di hati setiap orang yang beriman memiliki keinginan yang kuat untuk menghafalkannya, dan senantiasa memiliki kecemburuan terhadap para penghafalnya, namun kecemburuan yang kami maksud bukanlah kecemburuan negatif yang menghendaki hilangnya suatu nikmat yang telah dikaruniakan oleh Allah ‘Azza wa Jalla kepada saudaranya dan kemudian nikmat tersebut beralih kepadanya, bukan itu Ikhwan dan Akhwat sekalian, akan tetapi yang kami maksud di sini adalah kecemburuan positif di mana kita pun menginginkan nikmat yang sama tanpa ada keinginan agar nikmat tersebut hilang dari saudara kita, sehingga kitapun saling berpacu bahkan saling tolong menolong dalam menggapai kebaikan tersebut.

Ikhwan dan Akhwat rahiymakumullahu jamiy’an, sebelum kami masuk ke pembahasan metode maka terlebih dahulu kami ingin melampirkan beberapa dalil tentang keutamaan menghafal Al-Qur’an, dengan harapan ini semua akan lebih memacu kita semua untuk berusaha dan terus berusaha menghafalkan Al-Qur’an tersebut tanpa ada kata menyerah hingga KETETAPAN ALLAH datang menghampiri kita semua, Insyaa Allah, Allahu Akbar…!!!

1. Hati seorang individu Muslim tidak kosong dari sesuatu bagian dari kitab Allah ‘Azza wa Jalla.
Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas secara marfu:
“Orang yang tidak mempunyai hafalan Al Quran sedikitpun adalah seperti rumah kumuh yang mau runtuh”. (Hadits diriwayatkan oleh Tirmizi dari Ibnu Abbas (2914), ia berkata hadits ini hasan sahih).

2. Memperoleh penghormatan dari Rasulullah Shallallahu ‘alayhi wasallam.
Dari Abi Hurairah Radiyallahu ‘anhu. ia berkata: Rasulullah Shallallahu ‘alayhi wasallam mengutus satu utusan yang terdiri dari beberapa orang. Kemudian Rasulullah Shallallahu ‘alayhi wasallam mengecek kemampuan membaca dan hafalan Al Qur’an mereka: setiap laki-laki dari mereka ditanyakan sejauh mana hafalan Al-Qur’an-nya. Kemudian seseorang yang paling muda ditanya oleh Rasulullah Shallallahu ‘alayhi wasallam :”Berapa banyak Al Quran yang telah engkau hafal, hai Fulan?” ia menjawab: aku telah menghafal surah ini dan surah ini, serta surah Al-Baqarah. Rasulullah Shallallahu ‘alayhi wasallam kembali bertanya: “Apakah engkau hafal surah Al-Baqarah?” Ia menjawab: Betul. Rasulullah Shallallahu ‘alayhi wasallam bersabda:”Pergilah, dan engkau menjadi ketua rombongan itu!”. Salah seorang dari kalangan mereka yang terhormat berkata: Demi Allah, aku tidak mempelajari dan menghafal surah Al-Baqarah semata karena takut aku tidak dapat menjalankan isinya. Mendengar komentar itu, Rasulullah Shallallahu ‘alayhi wasallam bersabda: “Pelajarilah Al Qur’an dan bacalah, karena perumpamaan orang mempelajari Al Quran  dan membacanya, adalah seperti tempat bekal perjalanan yang diisi dengan minyak misik, wanginya menyebar ke mana-mana. Sementara orang yang mempelajarinya kemudian dia tidur -dan dalam dirinya terdapat hafalan Al Qur’an- adalah seperti tempat bekal perjalanan yang disambungkan dengan minyak misik” (Hadits diriwayatkan oleh Tirmizi dan ia menilainya hadits hasan (2879), dan lafazh itu darinya. Serta oleh Ibnu Majah secara ringkas (217), Ibnu Khuzaimah (1509), Ibnu Hibban dalam sahihnya (Al Ihsaam 2126), dan dalam sanadnya ada ‘Atha, Maula, Abi Ahmad, yang tidak dinilai terpecaya kecuali Ibnu Hibban).

3. Penghafal Al Qur’an akan memakai mahkota kehormatan.
Dari Abi Hurairah Radiyallahu ‘anhu. bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alayhi wasallam bersabda: :”Penghafal Al Qur’an akan datang pada hari kiamat, kemudian Al Qur’an akan berkata: Wahai Tuhanku, bebaskanlah dia, kemudian orang itu dipakaikan mahkota karamah (kehormatan), Al Qur’an kembali meminta: Wahai Tuhanku tambahkanlah, maka orang itu diapakaikan jubah karamah. Kemudian Al Qur’an memohon lagi: Wahai Tuhanku ridhailah dia, maka Allah meridhainya. Dan diperintahkan kepada orang itu: bacalah dan teruslah naiki (derajat-derajat surga), dan Allah menambahkan dari setiap ayat yang dibacanya tambahan nikmat dan kebaikan” (Hadits diriwayatkan oleh Tirmizi dan ia menilainya hadits hasan (2916), Ibnu Khuzaimah, al hakim, ia meninalinya hadits sahih, serta disetujui oleh Adz Dzahabi(1/533).)

4. Dapat membahagiakan kedua orang tua, sebab orang tua yang memiliki anak penghapal Al Qur’an memperoleh pahala khusus.
Sabda Rasulullah Shallallahu ‘alayhi wasallam:
“Dari  Buraidah Al Aslami Radiyallahu ‘anhu, ia berkata bahawasanya ia mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alayhi wasallam bersabda: “Pada hari kiamat nanti, Al Qur’an akan menemui penghafalnya ketika penghafal itu keluar dari kuburnya. Al Qur’an akan berwujud seseorang dan ia bertanya kepada penghafalnya: “Apakah anda mengenalku?”. Penghafal tadi menjawab; “saya tidak mengenal kamu.” Al Qur’an berkata; “saya adalah kawanmu, Al Qur’an yang membuatmu kehausan di tengah hari yang panas dan membuatmu tidak tidur pada malam hari. Sesungguhnya setiap pedagang akan mendapat keuntungan di belakang dagangannya dan kamu pada hari ini di belakang semua dagangan. Maka penghafal Al Qur’an tadi diberi kekuasaan di tangan kanannya dan diberi kekekalan ditangan kirinya, serta di atas kepalanya dipasang mahkota perkasa. Sedang kedua orang tuanya diberi dua pakaian baru lagi bagus yang harganya tidak dapat di bayar oleh penghuni dunia keseluruhannya. Kedua orang tua itu lalu bertanya: “kenapa kami di beri dengan pakaian begini?”. Kemudian di jawab, “kerana anakmu hafal Al Qur’an. “Kemudian kepada penghafal Al Quran tadi di perintahkan, “bacalah dan naiklah ketingkat-tingkat syurga dan kamar-kamarnya.” Maka ia pun terus naik selagi ia tetap membaca, baik bacaan itu cepat atau perlahan (tartil). (diriwayatkan oleh Ahmd dalam Musnadnya (21872) dan Ad Darimi dalam Sunannya (3257).)

Rasulullah Shallallahu ‘alayhi wasallam bersabda: “Siapa yang membaca Al Qur’an, mempelajarinya, dan mengamalkannya, maka dipakaikanlah mahkota dari cahaya pada hari kiamat, cahayanya seperti cahaya matahari, kedua orang tuanya dipakaikan dua jubah (kemuliaan), yang tidak pernah didapatkan di dunia, keduanya bertanya: mengapa kami dipakaikan jubah ini: dijawab: “Karena kalian berdua memerintahkan anak kalian untuk mempelajari Al Qur’an” (Hadits diriwayatkan oleh Al Hakim dan ia menilainya sahih berdasarkan syarat Muslim (1/568), dan disetujui oleh Adz Dzahabi)

5. Akan menempati tingkatan yang tinggi di Surga Allah ‘Azza wa Jalla.
Sabda rasulullah Shallallahu ‘alayhi wasallam:
“Dari  Sisyah Radhiyallahu ‘anhu ia berkata, bahawasanya Rasulullah Shallallahu ‘alayhi wasallam bersabda; jumlah tingkatan-tingkatan surga sama dengan jumlah ayat-ayat Al Qur’an. Maka tingkatan surga yang di masuki oleh penghafal Al Qur’an adalah tingkatan yang paling atas, dimana tidak ada tingkatan lagi sesudah itu.

6. Penghafal Al Qur’an adalah keluarga Allah ‘Azza wa Jalla.
Sabda Rasulullah Shallallahu ‘alayhi wasallam:
“Dari Anas Radhiyallahu ‘anhu Ia berkata bahawa Rasulullah Shallallahu ‘alayhi wasallam bersabda, “Sesungguhnya Allah itu mempunyai keluarga yang terdiri dari manusia.” Kemudian Anas berkata lagi, lalu Rasulullah Shallallahu ‘alayhi wasallam bertanya: “Siapakah mereka itu wahai Rasulullah. Baginda menjawab: “Ia itu ahli Qur’an (orang yang membaca atau menghafal Al- Qur’an dan mengamalkan isinya).Mereka adalah keluarga Allah dan orang-orang yang istimewa bagi Allah.

7. Menjadi orang yang arif di surga Allah ‘Azza wa Jalla.
Sabda Rasulullah Shallallahu ‘alayhi wasallam “Dari  Anas Radhiyallahu ‘anhu Bahawasanya Rasulullah Shallallahu ‘alayhi wasallam bersabda; “Para pembaca Al Qur’an itu adalah orang-orang yang arif di antara penghuni surga,”

8. Memperoleh penghormatan dari manusia.
Sabda Rasulullah Shallallahu ‘alayhi wasallam  “Dari  Abu Musa Al Asya’ari Radhiyallahu ‘anhu Ia berkata bahawasanya Rasulullah Shallallahu ‘alayhi wasallam bersabda: “Diantara perbuatan mengagungkan Allah adalah menghormati Orang Islam yang sudah tua, menghormati orang yang menghafal Al-Qur’an yang tidak berlebih-lebihan dalam mengamalkan isinya dan tidak membiarkan Al-Qur’an tidak di amalkan, serta menghormati kepada penguasa yang adil.”

9. Hatinya terbebas dari siksa Allah ‘Azza wa Jalla.
Sabda Rasulullah Shallallahu ‘alayhi wasallam
” Dari Abdullah Bin Mas’ud Radhiyallahu ‘anhu Dari  Nabi Shallallahu ‘alayhi wasallam Baginda bersabda: ” bacalah Al Qur’an kerana Allah tidak akan menyiksa hati orang yang hafal Al Qur’an. Sesungguhanya Al Qur’an ini adalah hidangan Allah, siapa yang memasukkunya ia akan aman. Dan barangsiapa yang mencintai Al Qur’an maka hendaklah ia bergembira.”

10. Mereka (bagi kaum pria) lebih berhak menjadi Imam dalam shalat.
Sabda Rasulullah Shallallahu ‘alayhi wasallam :
“Dari Ibnu Mas’ud Radhiyallahu ‘anhu Dari Rasulullah Shallallahu ‘alayhi wasallam beliau bersabda; “yang menjadi imam dalam solat suatu kaum hendaknya yang paling pandai membaca (hafalan) Al Qur’an.”

11. Disayangi oleh Rasulullah Shallallahu ‘alayhi wasallam.
Sabda Rasulullah Shallallahu ‘alayhi wasallam:
“Dari  Jabir Bin Abdullah Radhiyallahu ‘anhu Bahawa Nabi Shallallahu ‘alayhi wasallam menyatukan dua orang dari  orang-orang yang gugur dalam perang uhud dalam satu liang lahad. Kemudian nabi Shallallahu ‘alayhi wasallam bertanya, “dari mereka berdua siapakah paling banyak hafal Al Qur’an?” apabila ada orang yang dapat menunjukkan kepada salah satunya, maka Nabi Shallallahu ‘alayhi wasallam memasukkan mayat itu terlebih dahulu ke liang lahad.”

12. Dapat memberi syafa’at kepada keluarga.
Sabda Rasulullah Shallallahu ‘alayhi wasallam:
“Dari  Ali Bin Abi Thalib Karramallahu Wajhahu: “Barangsiapamembaca Al Qur’an dan menghafalnya, maka Allah akan memasukkannya kedalam surga dan memberikannya hak syafaat untuk sepuluh anggota keluarganya di mana mereka semuanya telah di tetapkan untuk masuk neraka.”

13. Merupakan bekal-bekal yang terbaik.
Sabda Rasulullah Shallallahu ‘alayhi wasallam:
“Dari  Jabir bin Nufair, katanya Rasulullah Shallallahu ‘alayhi wasallam bersabda; “Sesungguhnya kamu tidak akan kembali menghadap Allah dengan membawa sesuatu yang paling baik daripada sesuatu yang berasal dari-Nya yaitu Al Qur’an.

Ikhwan dan Akhwat rahiymakumullahu jamiy’an, semoga setelah menyimak beberapa keutamaan menghafal Al Qur’an tadi antum sekalian sudah memberanikan diri untuk Bersumpah bagi diri kita masing-masing bahwa DEMI ALLAH selama kita masih diberi kesempatan dan kesehatan oleh Allah ‘Azza wa Jalla, maka selama itu pula kita akan terus berupaya untuk menghafalkan kitab termulia tersebut yakni Al Qur’an meski sedikit demi sedikit.

Baiklah Ikhwan dan Akhwat rahiymakumullah, menghafal Al Qur’an bukanlah perkara yang mudah, dibutuhkan keinginan yang kuat, keistiqamahan, kesabaran, dan disertai dengan UPAYA NYATA yakni mau memulai dan terus berusaha tanpa kenal lelah apalagi kata “MENYERAH”, namun menghafal Al Qur’an juga bukanlah amalan yang mustahil untuk dikerjakan OLEH SIAPA PUN, sampai kepada kita yang memiliki seabrek kesibukan lainnya, namun perlu kami ingatkan sekali lagi, bahwa harus SABAR dan ISTIQAMAH…!

Bagaimana metode menghafal bagi orang-orang yang memiliki kesibukan…?

Ikhwan dan Akhwat rahiymakumullahu jamiy’an, antum jangan berfikiran bahwa dengan metode ini antum akan menghafal Al Qur’an dalam waktu setahun atau dua tahun, tidak Ikhwan dan Akhwat sekalian, bahkan metode ini membutuhkan waktu 15 hingga 30 tahun, TERLALU LAMA…? terserah penilaian antum bagai mana, namun setidaknya INI MASIH LEBIH BAIK DARI PADA TIDAK HAPAL SAMA SEKALI, mungkin antum khawatir akan diwafatkan terlebih dahulu sebelum menyelesaikan hafalan…? Maka kami sampaikan bahwa SETIDAKNYA KITA BISA BERBAHAGIA KARENA MENINGGAL DALAM KONDISI MEMBAWA NIAT YANG MULIA YANG DIBENARKAN OLEH AMALAN YANG TENGAH KITA LAKUKAN, dan juga antum jangan berfikiran bahwa ini adalah pekerjaan yang mudah untuk dikerjakan tanpa kesabaran, keistiqamahan, dan tindakan nyata, sebab tanpa semua itu berarti antum hanyalah BERANGAN-ANGAN…!

Syarat yang WAJIB untuk antum penuhi sebelum melaksanakan metode ini adalah:

1. Niat karena mengharap Keridhaan Allah.

2. Mampu membaca Al Qur’an dengan tartil (tajwid yang benar), atau setidaknya antum terus berusaha untuk memperbaiki kualitas bacaan Al Qur’an antum.

Berikut adalah metode yang Alhamdulillah telah kami buktikan sendiri dalam kurun waktu yang belum genap setahun ini:

1. Mulailah menghafal dari Juz 30 atau juz 29 atau juz 28, setelah itu silahkan mulai dari Juz 1 dan seterusnya.

2. Gunakan Mushaf Al Qur’an Huffadzh, yakni Al Qur’an cetakan standard international, di mana setiap juz-nya rata-rata terdiri dari +/- 10 lembar (20 halaman; di mana setiap halaman maksimal terdiri dari 15 baris), usahakan istiqamah dengan satu mushaf, tapi bukanlah alasan untuk tidak menghafal ketika suatu ketika antum lupa membawa mushaf antum, tetaplah menghafal meski dengan mushaf yang berbeda, ini hanya untuk lebih memudahkan antum dengan sebuah kebiasaan.

3. Persiapkan diri dengan mengatur 5 waktu khusus untuk menghafal dalam sehari, dan kami sangat menyarankan bahwa waktu tersebut adalah setiap antum selesai menunaikan shalat fardhu.

4. Setiap waktu tersebut, hafalkanlah 1 baris, jika hal tersebut masih terlalu berat bagi antum maka cukup hafal setengah baris saja setiap selesai shalat fadhu, dan jika setengah baris ini masih memberatkan bagi antum, maka ‘afwan karena kami hanya mampu menyarankan kepada antum PERBANYAKLAH ISTIGHFAR…!!! (Ikhwan dan Akhwan sekalian, dengan menghafal 1 baris setiap selesai shalat fardhu, berarti insyaa Allah dengan kesabaran dengan keistiqamahan, antum akan Menghafal seluruh Al Qur’an dalam waktu 15 tahun, dan jika antum hanya sangguf menghafal setengah baris setiap waktu yang telah ditentukan tersebut, maka insyaa Allah dengan kesabaran dan keistiqamahan, maka antum akan menghafal seluruh Al Qur’an dalam waktu 30 tahun, sekedar mengingatkan bahwa setidaknya INI MASIH LEBIH BAIK DARI PADA TIDAK HAPAL SAMA SEKALI).

5. Jika memungkinkan, cobalah antum mencari sahabat atau teman yang bisa ikut menghafal bersama antum, sebab hal tersebut akan lebih menguatkan bagi antum, boleh dari saudara, teman, istri, atau suami, namun jika tak ada satu pun maka sendiri juga insyaa Allah tidak mengapa, ANTUM PASTI BISA…!!!

6. Jika antum memiliki media yang memungkinkan untuk membantu antum seperti HP, MP3/MP4 Player, atau apa saja yang dilengkapi dengan fasilitas recorder & playback maka gunakanlah media tersebut, rekam suara (bacaan) antum pada media tersebut agar antum bisa mendengarnya di setiap kesempatan sebelum tiba waktu selanjutnya, kegiatan ini sebagai media muraja’ah dengan pendengaran sekaligus melatih telinga kita untuk terbiasa tidak mendengar hal-hal yang sia-sia seperti lagu dan musik.

7. Banyak-banyak berdo’a kepada Allah ‘Azza wa Jalla agar dimudahkan, diistiqamahkan untuk menghafal Al Qur’an, juga agar diberi usia, kesehatan, dan kesempatan untuk menyelesaikan cita-cita mulia ini.

8. Gunakan kesempatan Qiyam Al Layl sebagai waktu tambahan untuk memuraja’ah hafalan-hafalan antum.

MANAJEMEN KEGIATAN MENGHAFAL:

1. Target hafalan adalah 1 halaman terhafal dengan lancar setiap pekannya (bagi yang sanggup untuk menghafal 1 baris setiap waktunya), atau setengah halaman terhafal dengan lancar setiap pekannya (bagi yang menghafal setengah baris setiap waktunya), cara mencapainya:
- Ba’da Subuh mulai hafal 1 Baris / setengah baris (pilih salah satunya sesuai kesanggupan, kemudian istiqamah-lah!!!).
- Ba’da Dzhuhur tambah hafal 1 Baris / setengah baris.
- Ba’da Ashar tambah hafalan 1 Baris / setengah baris.
- Ba’da Maghrib tambah hafalan 1 Baris / setengah baris.
- Ba’da ‘Isyaa’ tidak perlu tambah hafalan, khususkan waktu ini untuk memuraja’ah (mengulang-ulang) semua hafalan yang telah di hafal hari itu, jangan lupa di antara waktu shalat fardu, manfaatkanlah media yang antum miliki untuk memuraja’ah hafalan antum melalui pendengaran.
- Lakukan hal di atas selama 4 hari berturut-turut (hingga antum menyelesaikan target antum dalam sepekan yakni 1 atau setengah halaman).

2. Dalam sepekan terdiri dari 7 hari, namun dengan metode ini insyaa Allah maksimal dalam 4 hari antum telah menyelesaikan target hafalan antum untuk sepekan, berarti masih tersisa 3 hari dalam sepekan tersebut, GUNAKANLAH 3 hari tersebut untuk memuraja’ah hafalan antum pada pekan tersebut, INGAT…!!! jangan terburu-buru untuk pindah ke hafalan selanjutnya, tetaplah istiqamah dengan target antum yakni 1 atau setengah halaman setiap pekannya.

3. Dalam sebulan, terdiri dari 4 pekan, berarti dengan metode ini antum akan menghafal 2 lembar setiap bulannya (bagi yang menghafal 1 baris setiap waktunya), atau 1 lembar setiap bulannya (bagi yang menghafal setengah baris setiap waktunya). Dari sini bisa kita ketahui bahwa dengan metode ini kita bisa menghafal 2 juz dalam waktu 10 bulan bagi yang menghafal 1 baris setiap waktunya, atau 1 Juz dalam waktu 10 bulan bagi yang menghafal setengah baris setiap waktunya, sebab 1 Juz = 10 lembar Al Qur’an, Ikhwan dan Akhwat rahiymakumullah, ini berarti dalam setahun tersebut ada waktu 2 bulan tersisa yang lagi-lagi bisa kita manfaatkan untuk KHUSUS memperlancar hafalan kita tersebut. Sekali lagi kami ingatkan, bahwa JANGAN menambah hafalan antum di waktu-waktu yang telah kita khususkan untuk muraja’ah.

KESIMPULAN DARI PENERAPAN METODE INI:

1. Jika antum menghafal 1 baris setiap waktunya, berarti antum akan menjadi seorang penghafal Al Qur’an dalam waktu 15 tahun, dengan kata lain “TIADA TAHUN KECUALI HAFALAN ANTUM BERTAMBAH SEBANYAK 2 JUZ”.

2. Jika antum menghafal setengah baris setiap waktunya, berarti antum akan menjadi seorang penghafal Al Qur’an dalam waktu 30 tahun, dengan kata lain “TIADA TAHUN KECUALI HAFALAN ANTUM BERTAMBAH SEBANYAK 1 JUZ”.

KELAMAAN IKHWAN DAN AKHWAT SEKALIAN…???

SEKALI LAGI… INGATLAH PESAN KAMI INI:

IKHWAN… SETIDAKNYA INI MASIH LEBIH BAIK DARI PADA TIDAK HAFAL SAMA SEKALI…!!!
AKHWAT… SETIDAKNYA INI MASIH LEBIH BAIK DARI PADA TIDAK HAFAL SAMA SEKALI…!!!

Jika suatu ketika antum futhur (lesuh semangat) dalam menggapai cita-cita mulia ini, maka ingatlah (bacalah) kembali hadits-hadits Rasulullah Shallallahu ‘alayhi wasallam tentang keutamaan dan kemualiaan para penghafal Al Qur’an, dan ingatlah kedua ibu bapak antum yang pastinya ingin untuk dipakaikan Pakaian Kemuliaan beserta Mahkota kemuliaan di Akhirat kelak.

Semoga Allah ‘Azza wa Jalla senantiasa melindungi kita dari kefuhuran, dan menjadikan kita semua sebagai hamba-hambanya yang hafal Al Qur’an, mengamalkan, dan mendakwahkannya, serta mematikan kita semua dalam kondisi dada yang menyimpan Al Qur’an beserta kemuliaannya. Aamiyn Yaa Rabbal ‘Aalamiyn.

Semoga bermanfaat, Salam dan do’aku untuk antum semua wahai saudara-saudariku seiman,

SUBHANAKALLAHUMMA WABIHAMDIKA, ASYHADU AN LAA ILAAHA ILLAA ANTA, ASTAGHFIRUKA WA ATUUBU ILAYKA

Washallallahu ‘alaa Nabiyyinaa Muhammadin wa ‘alaa aalihi wa ash-haabihi ajma’iyn, wa aakhiru da’waanaa ‘anilhamdulillahi Rabbil’aalamiyn.

AKHUKUM FILLAH,
-Imam Auliya-

Makassar, Rabu Masaa’ 27 Syawwal 1431 H / 6 Oktober 2010 M.

http://www.markazquran.com/2010/10/metode-sederhana-menghafal-al-quran.html

6 Mar 2011

Terapi Rasulullah Dalam Penyembuhan Penyakit Al-Isyq (Cinta) bag 2

Halaman ke-2 dari 2

CINTA DAN JENIS-JENISNYA
Cinta memiliki berbagai macam jenis dan tingkatan, yang tertinggi dan paling mulia adalah mahabbatu fillah wa lillah (cinta karena Allah dan di dalam Agama Allah) yaitu cinta yang mengharuskan mencintai apa-apa yang dicintai Allah, yang dilakukan berlandaskan cinta kepada Allah dan RasulNya.

Cinta berikutnya adalah cinta yang terjalin karena adanya kesamaan dalam cara hidup, agama, mazhab, idiologi, hubungan kekeluargaaan, profesi dan kesamaan dalam hal-hal lainnya.

Diantara jenis cinta lainnya yakni cinta yang motifnya karena ingin mendapatkan sesuatu dari yang dicintainya, baik dalam bentuk kedudukan, harta, pengajaran dan bimbingan, ataupun kebutuhan biologis. Cinta yang didasari hal-hal seperti tadi yaitu al-mahabbah al-'ardiyah-- akan hilang bersama hilangnya apa-apa yang ingin didapatnya dari orang yang dicintai. Yakinlah bahwa orang yang mencintaimu karena sesuatu akan meninggalkanmu ketika dia telah mendapat apa yang diinginkannya darimu.

Adapun cinta lainnya adalah cinta yang berlandaskan adanya kesamaan dan kesesuaian antara yang mencintai dan yang dicinta. Mahabbah al-isyq termasuk cinta jenis ini tidak akan sirna kecuali jika ada sesuatu yang menghilangkannya. cinta jenis ini, yaitu berpadunya ruh dan jiwa, oleh karena itu tidak terdapat pengaruh yang begitu besar baik berupa rasa was-was, hati yang gundah gulana maupun kehancuran kecuali pada cinta jenis ini.

Timbul pertanyaan bahwa cinta ini merupakan bertemunya ikatan batin dan ruh, tetapi mengapa ada cinta yang bertepuk sebelah tangan? Bahkan kebanyakan cinta seperti ini hanya sepihak dari orang yang sedang kasamaran saja, jika cinta ini perpaduan jiwa dan ruh maka tentulah cinta itu akan terjadi antara kedua belah pihak bukan sepihak saja?

Jawabnya yaitu bahwa tidak terpenuhinya hasrat disebabkan kurangnya syarat tertentu, atau adanya penghalang sehingga tidak terealisasinya cinta antara keduanya. Hal ini disebabkan tiga faktor ; Pertama: bahwa cinta ini sebatas cinta karena adanya kepentingan, oleh karena itu tidak mesti keduanya saling mencintai, terkadang yang dicintai malah lari darinya. Kedua: adanya penghalang sehingga dia tidak dapat mencintai orang yang dicintanya, baik karena adanya cela dalam akhlak, bentuk rupa, sikap dan faktor lainnya. Ketiga: adanya penghalang dari pihak orang yang dicintai.

Jika penghalang ini dapat disingkirkan maka akan terjalin benang-benang cinta antara keduanya. Kalau bukan karena kesombongan, hasad, cinta kekuasaan dan permusuhan dari orang-orang kafir, niscaya para rasul-rasul akan menjadi orang yang paling mereka cintai lebih dari cinta mereka kepada diri, keluarga dan harta.

TERAPI PENYAKIT AL-ISYQ
Sebagai salah satu jenis penyakit, tentulah al-isyq dapat disembuhkan dengan terapi-terapi tertentu. Diantara terapi tersebut adalah sebagai berikut:

1. Jika terdapat peluang bagi orang yang sedang kasmaran tersebut untuk meraih cinta orang yang dikasihinya dengan ketentuan syariat dan suratan taqdirnya, maka inilah terapi yang paling utama. Sebagaimana terdapat dalam sahihain dari riwayat Ibn Mas'ud Radhiyallahu, bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

"Artinya : Hai sekalian pemuda, barang siapa yang mampu untuk menikah maka hendaklah dia menikah , barang siap yang belum mampu maka hendaklah berpuasa karena puasa dapat menahan dirinya dari ketergelinciran (kepada perbuatan zina)".

Hadis ini memberikan dua solusi, solusi utama, dan solusi pengganti. Solusi petama adalah menikah, maka jika solusi ini dapat dilakukan maka tidak boleh mencari solusi lain. Ibnu Majah meriwaytkan dari Ibnu Abbas bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

"Artinya : Aku tidak pernah melihat ada dua orang yang saling mengasihi selain melalui jalur pernikahan".

Inilah tujuan dan anjuran Allah untuk menikahi wanita, baik yang merdeka ataupun budak dalam firman-Nya:

"Artinya : Allah hendak memberikan keringanan kepadamu, dan manusia dijadikan bersifat lemah".[An-Nisa : 28]

Allah menyebutkan dalam ayat ini keringanan yang diberikannya terhadap hambaNya dan kelemahan manusia untuk menahan syahwatnya dengan membolehkan mereka menikahi para wanita yang baik-baik dua, tiga ataupun empat, sebagaimana Allah membolehkan bagi mereka mendatangi budak-budak wanita mereka. Sampai-sampai Allah membuka bagi mereka pintu untuk menikahi budak-budak wanita jika mereka butuh sebagai peredam syahwat, keringanan dan rahmati-Nya terhadap makluk yang lemah ini.

2. Jika terapi pertama tidak dapat dilakukan karena tertutupnya peluang menuju orang yang dikasihinya karena ketentuan syar'i dan takdir, penyakit ini bisa semangkin ganas. Adapun terapinya harus dengan meyakinkan dirinya bahwa apa-apa yang diimpikannya mustahil terjadi, lebih baik baginya untuk segera melupakannya. Jiwa yang berputus asa untuk mendapatkan sesuatu, niscaya akan tenang dan tidak lagi mengingatnya. Jika ternyata belum terlupakan, akan berpengaruh terhadap jiwanya sehingga semangkin menyimpang jauh.

Dalam kondisi seperti ini wajib baginya untuk mencari terapi lain yaitu dengan mengajak akalnya berfikir bahwa menggantungkan hatinya kepada sesuatu yang mustahil dapat dijangkau adalah perbuatan gila, ibarat pungguk merindukan bulan. Bukankah orang-orang akan mengganggapnya termasuk ke dalam kumpulan orang-orang yang tidak waras?

Apabila kemungkinan untuk mendapatkan apa yang dicintainya tertutup karena larangan syariat, terapinya adalah dengan mengangap bahwa yang dicintainya itu bukan ditakdirkan menjadi miliknya. Jalan keselamatan adalah dengan menjauhkan dirinya dari yang dicintainya. Dia harus merasa bahwa pintu kearah yang diingininya tertutup, dan mustahil tercapai.

3. Jika ternyata jiwanya yang selalu menyuruhnya kepada kemungkaran masih tetap menuntut, hendaklah dia mau meninggalkannya karena dua hal, pertama karena takut (kepada Allah) yaitu dengan menumbuhkan perasaan bahwa ada hal yang lebih layak dicintai, lebih bermanfaat, lebih baik dan lebih kekal. Seseorang yang berakal jika menimbang-nimbang antara mencintai sesuatu yang cepat sirna dengan sesuatu yang lebih layak untuk dicintai, lebih bermanfaat, lebih kekal dan lebih nikmat, akan memilih yang lebih tinggi derajatnya. Jangan sampai engkau menggadaikan kenikmatan abadi yang tidak terlintas dalam pikiranmu dengan kenikmatan sesaat yang segera berbalik menjadi sumber penyakit. Ibarat orang yang sedang bermimpi indah, ataupun menghayal terbang melayang jauh, ketika tersadar ternyata hanyalah mimpi dan khayalan, akhirnya sirnalah segala keindahan semu, tinggal keletihan, hilang nafsu dan kebinasaan menunggu.

Kedua keyakinan bahwa berbagai resiko yang sangat menyakitkan akan ditemuinya jika dia gagal melupakan yang dikasihinya, dia akan mengalami dua hal yang menyakitkan sekaligus, yaitu:gagal dalam mendapatkan kekasih yang diinginkannya, dan bencana menyakitkan dan siksa yang pasti akan menimpanya. Jika yakin bakal mendapati dua hal menyakitkan ini niscaya akan mudah baginya meninggalkan perasaan ingin memiliki yang dicinta.Dia akan bepikir bahwa sabar menahan diri itu lebih baik. Akal, agama , harga diri dan kemanusiaannya akan memerintahkannya untuk bersabar sedikit demi mendapatkan kebahagiaan yang abadi. Sementara kebodohan, hawa nafsu, kezalimannya kan memerintahkannya untuk mengalah mendapatkan apa yang dikasihinya . orang yang terhindar adalah orang-orang yang dipelihara oleh Allah.

4. Jika hawa nafsunya masih tetap ngotot dan tidak terima dengan terapi tadi, maka hendaklah berfikir mengenai dampak negatif dan kerusakan yang akan ditimbulkannya segera, dan kemasalahatan yang akan gagal diraihnya. Sebab mengikuti hawa nafsunya akan menimbulkan kerusakan dunia dan menepis kebaikan yang datang, lebih parah lagi dengan memperturutkan hawa nafsu ini akan menghalanginya untuk mendapat petunjuk yang merupakan kunci keberhasilannya dan kemaslahatannya.

5. Jika terapi ini tidak mempan juga untuknya, hendaklah dia selalu mengingat sisi-sisi kejelekan kekasihnya,dan hal-hal yang membuatnya dampat menjauh darinya, jika dia mau mencari-cari kejelekan yang ada pada kekasihnya niscaya dia akan mendapatkannya lebih dominan dari keindahannya, hendaklah dia banyak bertanya kepada orang-orang yang berada disekeliling kekasihnya tentang berbagai kejelekannya yang tersembunyi baginya. Sebab sebagaiman kecantikan adalah faktor pendorong seseorang untuk mencintai kekasihnya demikian pula kejelekan adalah pendorong kuat agar dia dapat membencinya dan menjauhinya. Hendaklah dia mempertimbangkan dua sisi ini dan memilih yang terbaik baginya. Jangan sampai terperdaya dengan kecantikan kulit dengan membandingkannya dengan orang yang terkena penyakit sopak dan kusta, tetapi hendaklah dia memalingkan pandangannnya kepada kejelelekan sikap dan prilakunya, hendaklah dia menutup matanya dari kecantikan fisik dan melihat kepada kejekan yang diceritakan mengenainya dan kejelekan hatinya.

6. Jika terapi ini masih saja tidak mempan baginya, maka terapi terakhir adalah mengadu dan memohon dengan jujur kepada Allah yang senantiasa menolong orang-orang yang ditimpa musibah jika memohon kepadaNya, hendaklah dia menyerahkan jiwa sepenuhnya dihadapan kebesaranNya, sambil memohon, merendahkan dan menghinakan diri. Jika dia dapat melaksankan terapi akhir ini, maka sesunguhnya dia telah membuka pintu taufik (pertolongan Allah). Hendaklah dia berbuat iffah (menjaga diri) dan menyembunyikan perasaannya, jangan sampai dia menjelek-jelekkan kekasihanya dan mempermalukannya dihadapan manusia, ataupun menyakitinya, sebab hal tersebut adalah kezaliman dan melampaui batas.

PENUTUP
Demikianlah kiat-kiat khusus untuk menyembuhkan penyakit ini. Namun ibarat kata pepatah: mencegah lebih baik daripada mengobati, maka sebelum terkena lebih baik menghindar. Bagaimana cara menghindarinya? tidak lain dengan tazkiyatun nafs.

Semoga pembahasan ini bermanfaat.

[Diterjemahkan oleh : Ustadz Ahmad Ridwan,Lc (Abu Fairuz Al-Medani), Dari kitab : Zadul Ma'ad Fi Hadyi Khairi Ibad, Juz 4, halaman 265-274, Penulis Ibnu Qayyim Al-Jauziah]

sumber almanhaj.or.id

prev (1)  (2)

Terapi Rasulullah Dalam Penyembuhan Penyakit Al-Isyq (Cinta)

Halaman ke-1 dari 2

Oleh
Ibnu Qayyim Al-Jauziyah

Mukaddimah
Virus hati yang bernama cinta ternyata telah banyak memakan korban. Mungkin anda pernah mendengar seorang remaja yang nekat bunuh diri disebabkan putus cinta, atau tertolak cintanya. Atau anda pernah mendengar kisah Qeis yang tergila-gila kepada Laila. Kisah cinta yang bermula sejak mereka bersama mengembala domba ketika kecil hingga dewasa. Akhirnya sungguh tragis, Qeis benar-benar menjadi gila ketika laila dipersunting oleh pria lain. Apakah anda pernah mengalami problema seperti ini atau sedang mengalaminya? mau tau terapinya? Mari sama-sama kita simak terapi mujarab yang disampaikan Ibnu Qoyyim dalam karya besarnya Zadul Ma'ad.

Beliau berkata : Gejolak cinta adalah jenis penyakit hati yang memerlukan penanganan khusus disebabkan perbedaannya dengan jenis penyakit lain dari segi bentuk, sebab maupun terapinya. Jika telah menggerogoti kesucian hati manusia dan mengakar di dalam hati, sulit bagi para dokter mencarikan obat penawarnya dan penderitanya sulit disembuhkan.

Allah mengkisahkan penyakit ini di dalam Al-Quran tentang dua tipe manusia, pertama wanita dan kedua kaum homoseks yang cinta kepada mardan (anak laki-laki yang rupawan). Allah mengkisahkan bagaimana penyakit ini telah menyerang istri Al-Aziz gubernur Mesir yang mencintai Nabi Yusuf, dan menimpa Kaum Luth. Allah mengkisahkan kedatangan para malaikat ke negeri Luth

Dan datanglah penduduk kota itu (ke rumah Luth) dengan gembira (karena) kedatangan tamu-tamu itu. Luth berkata: "Sesungguhnya mereka adalah tamuku; maka janganlah kamu memberi malu (kepadaku), dan bertakwalah kepada Allah dan janganlah kamu membuat aku terhina ".Mereka berkata: "Dan bukankah kami telah melarangmu dari (melindungi) manusia?" Luth berkata: "Inilah puteri-puteri (negeri) ku (kawinlah dengan mereka), jika kamu hendak berbuat (secara yang halal)". (Allah berfirman): "Demi umurmu (Muhammad), sesungguhnya mereka terombang-ambing di dalam kemabukan (kesesatan)". [Al-Hijr: 68-72]

KEBOHONGAN KISAH CINTA NABI DENGAN ZAINAB BINTI JAHSY
Ada sekelompok orang yang tidak tahu menempatkan kedudukan Rasul sebagaimana layaknya, beranggapan bahwa Rasulullah tak luput dari penyakit ini sebabnya yaitu tatkala beliau melihat Zaenab binti Jahsy sambil berkata kagum: Maha Suci Rabb yang membolak-balik hati, sejak itu Zaenab mendapat tempat khusus di dalam hati Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, oleh karena itu Beliau berkata kepada Zaid bin Haritsah: Tahanlah ia di sisimu hingga Allah menurunkan ayat:

“Artinya : Dan (ingatlah), ketika kamu berkata kepada orang yang Allah telah melimpahkan ni`mat kepadanya dan kamu (juga) telah memberi ni`mat kepadanya : "Tahanlah terus isterimu dan bertakwalah kepada Allah", sedang kamu menyembunyikan di dalam hatimu apa yang Allah akan menyatakannya, dan kamu takut kepada manusia, sedang Allah-lah yang lebih berhak untuk kamu takuti. Maka tatkala Zaid telah mengakhiri keperluan terhadap isterinya (menceraikannya), Kami kawinkan kamu dengan dia supaya tidak ada keberatan bagi orang mu'min untuk (mengawini) isteri-isteri anak-anak angkat mereka, apabila anak-anak angkat itu telah menyelesaikan keperluannya daripada isterinya. Dan adalah ketetapan Allah itu pasti terjadi” [Al-Ahzab :37] [1]

Sebagain orang beranggapan ayat ini turun berkenaan kisah kasmaran Nabi, bahkan sebagian penulis mengarang buku khusus mengenai kisah kasmaran para Nabi dan meyebutkan kisah Nabi ini di dalamnya. Hal ini terjadi akibat kejahilannya terhadap Al-Quran dan kedudukan para Rasul, hingga ia memaksakan kandungan ayat apa-apa yang tidak layak dikandungnya dan menisbatkan kepada Rasulullah suatu perbuatan yang Allah menjauhkannya dari diri Beliau .

Kisah sebenarnya, bahwa Zainab binti Jahsy adalah istri Zaid ibn Harisah .--bekas budak Rasulullah-- yang diangkatnya sebagai anak dan dipanggil dengan Zaid ibn Muhammad. Zainab merasa lebih tinggi dibandingkan Zaid. Oleh Sebab itu Zaid ingin menceraikannya. Zaid datang menemui Rasulullah minta saran untuk menceraikannya, maka Rasulullah menasehatinya agar tetap memegang Zainab, sementara Beliau tahu bahwa Zainab akan dinikahinya jika dicerai Zaid. Beliau takut akan cemoohan orang jika mengawini wanita bekas istri anak angkatnya. Inilah yang disembunyikan Nabi dalam dirinya, dan rasa takut inilah yang tejadi dalam dirinya. Oleh karena itu di dalam ayat Allah menyebutkan karunia yang dilimpahkanNya kepada Beliau dan tidak mencelanya karena hal tersebut sambil menasehatinya agar tidak perlu takut kepada manusia dalam hal-hal yang memang Allah halalkan baginya sebab Allah-lah yang seharusnya ditakutinya. Jangan Sampai beliau takut berbuat sesuatu hal yang Allah halalkan karena takut gunjingan manusia, setelah itu Allah memberitahukannya bahwa Allah langsung yang akan menikahkannya setelah Zaid menceraikan istrinya agar Beliau menjadi contoh bagi umatnya mengenai kebolehan menikahi bekas istri anak angkat, adapun menikahi bekas istri anak kandung maka hal ini terlarang.sebagaimana firman Allah:

"Artinya : Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu" [Al-Ahzab: 40]

Allah berfirman di pangkal surat ini:

"Artinya : Dan Dia tidak menjadikan anak-anak angkatmu sebagai anak kandungmu (sendiri). Yang demikian itu hanyalah perkataanmu di mulutmu saja" [Al-Ahzab : 4]

Perhatikanlah bagaiamana pembelaan terhadap Rasulullah ini, dan bantahan terhadap orang-orang yang mencelanya. Wabillahi at-Taufiq.

Tidak dipungkiri bahwa Rasulullah sangat mencintai istri-istrinya. Aisyah adalah istri yang paling dicintainya, namun kecintaannya kepada Aisyah dan kepada lainnya tidak dapat menyamai cintanya tertinggi, yakni cinta kepada Rabbnya. Dalam hadis shahih:

"Artinya : Andaikata aku dibolehkan mengambil seorang kekasih dari salah seorang penduduk bumi maka aku akan menjadikan Abu Bakar sebagai kekasih"[2]

KRITERIA MANUSIA YANG BERPOTENSI TERJANGKIT PENYAKIT AL-ISYQ
Penyakit al-isyq akan menimpa orang-orang yang hatinya kosong dari rasa mahbbah (cinta) kepada Allah, selalu berpaling dariNya dan dipenuhi kecintaan kepada selainNya. Hati yang penuh cinta kepada Allah dan rindu bertemu dengaanNya pasti akan kebal terhadap serangan virus ini, sebagaimana yang terjadi dengan Yusuf alaihis salam:

"Artinya ; Sesungguhnya wanita itu telah bermaksud (melakukan perbuatan itu) dengan Yusuf, dan Yusufpun bermaksud (melakukan pula) dengan wanita itu andaikata dia tiada melihat tanda (dari) Tuhannya. Demikianlah, agar Kami memalingkan daripadanya kemungkaran dan kekejian. Sesungguhnya Yusuf itu termasuk hamba-hamba Kami yang terpilih" [Yusuf : 24]

Nyatalah bahwa Ikhlas merupakan immunisasi manjur yang dapat menolak virus ini dengan berbagai dampak negatifnya berupa perbuatan jelek dan keji.Artinya memalingkan seseorang dari kemaksiatan harus dengan menjauhkan berbagai sarana yang menjurus ke arah itu .

Berkata ulama Salaf: penyakit cinta adalah getaran hati yang kosong dari segala sesuatu selain apa yang dicinta dan dipujanya. Allah berfirman mengenai Ibu Nabi Musa:

"Artinya ; Dan menjadi kosonglah hati ibu Musa. Sesungguhnya hampir saja ia menyatakan rahasia tentang Musa, seandainya tidak Kami teguhkan hatinya" [Al-Qasas :11]

Yakni kosong dari segala sesuatu kecuali Musa karena sangat cintanya kepada
Musa dan bergantungnya hatinya kepada Musa.

BAGAIMANA VIRUS INI BISA BERJANGKIT ?
Penyakit al-isyq terjadi dengan dua sebab, Pertama : Karena mengganggap indah apa-apa yang dicintainya. Kedua: perasaan ingin memiliki apa yang dicintainya. Jika salah satu dari dua faktor ini tiada niscaya virus tidak akan berjangkit. Walaupun Penyakit kronis ini telah membingungkan banyak orang dan sebagian pakar berupaya memberikan terapinya, namun solusi yang diberikan belum mengena.

MAKHLUK DICIPTAKAN SALING MENCARI YANG SESUAI DENGANNYA
Berkata Ibn al-Qayyim: ketetapan Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan hikmahNya menciptakan makhlukNya dalam kondisi saling mencari yang sesuai dengannya, secara fitrrah saling tertarik dengan jenisnya, sebaliknya akan menjauh dari yang berbeda dengannya.

Rahasia adanya percampuran dan kesesuaian di alam ruh akan mengakibatkan adanya keserasian serta kesamaan, sebagaimana adanya perbedaan di alam ruh akan berakibat tidak adanya keserasian dan kesesuaian. Dengan cara inilah
tegaknya urusan manusia. Allah befirman:

"Artinya : Dialah Yang menciptakan kamu dari diri yang satu dan daripadanya Dia menciptakan isterinya, agar dia merasa senang kepadanya” [Al-A'raf :189]

Dalam ayat ini Allah menjadikan sebab perasaan tentram dan senang seorang lelaki terhadap pasangannya karena berasal dari jenis dan bentuknya. Jelaslah faktor pendorong cinta tidak bergantung dengan kecantikan rupa, dan tidak pula karena adanya kesamaan dalam tujuan dan keingginan, kesamaan bentuk dan dalam mendapat petunjuk, walaupun tidak dipungkiri bahwa hal-hal ini merupakan salah satu penyebab ketenangan dan timbulnya cinta.

Nabi pernah mengatakan dalam sebuah hadisnya:

"Artinya : Ruh-ruh itu ibarat tentara yang saling berpasangan, yang saling mengenal sebelumnya akan menyatu dan yang saling mengingkari akan berselisih "[3]

Dalam Musnad Imam Ahmad diceritakan bahwa asbabul wurud hadis ini yaitu ketika seorang wanita penduduk Makkah yang selalu membuat orang tertawa hijrah ke Madinah ternyata dia tinggal dan bergaul dengan wanita yang sifatnya sama sepertinya yaitu senang membuat orang tertawa. Karena itulah nabi mengucapkan hadis ini.

Karena itulah syariat Allah akan menghukumi sesuatu menurut jenisnya, mustahil syariat menghukumi dua hal yang sama dengan perlakuan perbeda atau mengumpulkan dua hal yang kontradiktif. Barang siapa yang berpendapat lain maka jelaslah karena minimnya ilmu pengetahuannya terhadap syariat ini atau kurang memahami kaedah persamaan dan sebaliknya.

Penerapan kaedah ini tidak saja berlaku di dunia lebih dari itu akan diterapkan pula di akhirat, Allah berfirman:

"Artinya : (kepada malaikat diperintahkan): Kumpulkanlah orang-orang yang zalim beserta teman sejawat mereka dan sembahan-sembahan yang selalu mereka sembah" [As-Shaffat : 23]

Umar ibn Khtaab dan seteelahnya Imam Ahmad pernah berkata mengenai tafsiran wajahum yakni yang sesuai dan mirip dengannya .Allah juga berfirman

"Artinya : Dan apabila jiwa dipertemukan" [At-Takwir : 7]

Yakni setiap orang akan digiring dengan orang-orang yang sama prilakunya dengannya, Allah akan menggiring antara orang-orang yang saling mencintai kareNya di dalam surga dan akan menggiring orang orang yang saling bekasih-kasihan diatas jalan syetan di neraka Jahim, tiap oran akan digiring dengan siapa yang dicintainya mau tidak mau. Di dalam mustadrak Al-Hakim disebukan bahwa Nabi bersabda:

"Artinya : Tidaklah seseorang mencintai suatu kaum kecuali akan digiring bersama mereka kelak" [4]

[Diterjemahkan oleh : Ustadz Ahmad Ridwan,Lc (Abu Fairuz Al-Medani), Dari kitab : Zadul Ma'ad Fi Hadyi Khairi Ibad, Juz 4, halaman 265-274, Penulis Ibnu Qayyim Al-Jauziah]
_________
Foote Note
[1]. Ini berita batil yang diriwayatkan oleh Ibn Sa'ad dalam at-Tabaqat/101-102, dan al-Hakim 3/23 dari jalan Muhammad ibn Umar al Waqidi seorang yang Matruk (ditinggalkan)-- dan sebagian menggapnya sebagai pemalsu hadis, dari Muhakmmad ibn Yahya ibn Hibban--seorang yang siqah –namun riwayat yang diriwayatkannya dari Nabi sekuruhnya mursal. Kebatilah riwayat ini telah diterangkan oleh para ulama almuhaqqiqin. Mereka berkata: Penukil riwayat ini dan yang menggunakan ayat ini sebagai dalil terhadap prasangka buruk mereka mengenai Rasulullah sebenranya tidak meletetakkan kedudukan kenabian Rasulullah sebagaimana layaknya, dan tidak mengerti makna kemaksuman Beliau. Sesungguhnya yang disembunayikan Nabi di dalam dirinya dan belakangan Allah nampakkan adalah berita yang Allah sampaikan padanya bahwa kelak Zaenab akan menjadi istrinya. Faktor yang membuat nabi menyembunyikan berita ini tidak lain disebabkan perasaan takut beliau terhadap perkataan orang bahwa Beliau tega menikahi istri anak angkatnya . Sebenarnya dengan kisah ini Allah ingin membatakan tadisi jahiliyyah ini dalam hal adopsi , yaitu dengan menikahkan Rasulullah dengan istri anak angkatnya. Peristiwa yang terjadi dengan Rasulullah ini sebagai pemimpin manusia akan lebih diterima dan mengena di hati mereka.. Lihat Ahkam Alquran 3/1530,1532 karya Ibn Arabi dan Fathul Bari 8/303, Ibn Kastir 3/492, dan Ruhul Ma'ani 22/24-25.
[2]. Hadis diriwayatkan oleh Bukhari 7/15 dalam bab fadhail sahabat Nabi, dari jalan Abdullah ibn Abbas, dan diriwayatkan oleh Imam Muslim (2384) dalam Fadail Sahabat, bab keutamaan Abu Bakar, dari jalan Abdullah ibn Masud, dan keduanya sepakat meriwayatkan dari jalan Abu Sa'id al-khudri.
[3]. Hadis Riwayt Bukhari 7/267dari hadis Aisyah secara muallaq, dan Muslim (2638) dari jalan Abu Hurairah secara mausul
[4]. Diriwayatkan oleh Ahmad 6/145, 160, dan an-Nasai dari jalan Aisyah Bahwa Rasulullah Saw bersabda: Aku bersumpah terhadap tiga hal, Allah tidak akan menjadikan orang-orang yang memiliki saham dalam Islam sama dengan orang yang tidak memiliki saham, saham itu yakni: Sholat, puasa dan zakat. Tidak lah Allah mengangkat seseorang di dunia, kemudain ada selainNya yang dapat mengankat (derajatnya) di hari kiamat. Tidaklah seseorang mencintai suatu kaum kecuali kelak Allah akan menggumpulkannya bersama (di akhirat). Kalau boleh aku bersumpat terhadap yang keempat dan kuharap aku tiodak berdosa dalam hal ini yaitu tidaklah seseorang memberi pakaian kepada orang lain (untuk menutupi auratnya) kecuali Allah akn memberikannya pakaian penutup di hari kiamat. Para perawi hadis ini stiqah kecuali Syaibahal-khudri (di dalam Musnad di tulis keliru dengan al-isyq-hadromi). Dia meriwayatkan dari Urwah, dan dia tidak di tsiqahkan kecuali oleh Ibn Hibban, namun ada syahidnya dari hadist Ibn Masud dari jalur Abu Yala, dan Thabrani dari jalur Abu Umamah, dengan kedua jalan ini hadis ini menjadi sahih.

next (1) (2)